Tuesday, March 3, 2015

Kisah Cinta 'Ali & Fatimah

Santri Mengapa Dunia
Oleh : Elyna Dayanti
Kisah Cinta 'Ali & Fatimah
Cinta 'Ali dan Fatimah memang luar biasa indah, cinta
yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata,
maupun expresi.
Hingga konon karena saking teramat rahasianya syaithan
saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya. Dan
akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan
suci pernikahan. disinilah bunga-bunga cinta mulai
merekah
Sudah lama 'Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah,
ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Ummar
melamar fatimah. Sementara dirinya belum siap untuk
melakukannya. Apalagi yang menjadi "saingannya"
adalah 2 orang sahabat terbaik Nabi.
Pada saat kaum muslimin hijrah ke Madinah, Fatimah
dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah
sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menikah
dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha
meminang Fatimah. Abu Bakar RA dan Umar RA maju
lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan
lemah lembut.
Lalu 'Ali bin Abi Thalib datang kepada Rasulullah untuk
melamar, lalu ketika Rasulullah bertanya, “Apakah
engkau mempunyai sesuatu ?”, Tidak ada ya
Rasulullah,” jawabnya. “ Dimana pakaian perangmu yang
hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya Rasullah
shallallahu 'alaihi wa sallam lagi. “Masih ada padaku
wahai Rasulullah,” jawab 'Ali. “Berikan itu kepadanya
(Fatimah) sebagai mahar,” kata Beliau.
Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, Nabi
menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada
Utsman bin Affan seharga 470dirham, Kemudian
diberikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan
pengantin.
Dan di sisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama
memendam cintanya kepada 'Ali
Kaum muslim merasa gembira atas pernikahan Fatimah
dan 'Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu
dikaruniai anak bernama Al-Hasan RA dan saat Hasan
genap berusia 1 tahun lahirlah Husein RA pada bulan
Sya’ban tahun ke 4H
Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari
setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada 'Ali:
Wahai suamiku, aku telah halal bagimu, aku sangat
bersyukur pada Allah karna Ayahku memilihkan suami
yang tampan, sholeh, cerdas & baik sepertimu
'Ali : “Aku pun begitu wahai Fatimahku sayang, aku
sangat bersyukur kepada Allah akhirnya cintaku padamu
yang telah lama kupendam telah menjadi
halal dengan ikatan suci pernikahanku denganmu.
Fatimah : (berkata dengan lembut) “Wahai suamiku,
bolehkah aku berkata jujur padamu? karena aku ingin
terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan
rumah tangga kita” ucap Fatimah.
Ali : “Tentu saja istriku, silahkan, aku akan
mendengarkanmu…”.
Fatimah : “Wahai 'Ali suamiku, maafkan aku,...tahukah
engkau bahwa sesungguhnya sebelum aku menikah
denganmu, aku telah lama mengagumi dan memendam
rasa cinta kepada seorang pemuda, dan aku merasa
pemuda itu pun memendam rasa cintanya untukku.
Namun akhirnya ayahku menikahkan aku denganmu.
Sekarang aku adalah istrimu, kau adalah imamku maka
aku pun ikhlas melayanimu, mendampingimu,
mematuhimu dan
menaatimu, marilah kita berdua bersama-sama
membangun keluarga yang di ridhoi Allah”
Sungguh bahagianya 'Ali mendengar pernyataan Fatimah
yang siap mengarungi bahtera kehidupan bersama, suatu
pernyataan yang sangat jujur dan tulus dari hati
perempuan shalihah. Tapi 'Ali juga terkejut dan agak
sedih ketika mengetahui bahwa sebelum menikah
dengannya
ternyata Fatimah telah memendam perasaan kepada
seorang pemuda. Ali merasa agak sedih karena
sepertinya Fatimah menikah dengannya karena
permintaan Rasul yang tak lain adalah ayahnya Fatimah.
'Ali kagum pada Fatimah yang mau merelakan
perasaannya demi taat dan berbakti kepada orang tuanya
yaitu Rasul & mau menjadi istri 'Ali dengan ikhlas.
Namun 'Ali memang sungguh pemuda yang sangat baik
hati, ia memang sangat bahagia sekali telah menjadi
suami Fatimah, tapi karena rasa cintanya sangat tulus
kepada Fatimah, hati 'Ali pun merasa agak bersalah jika
hati Fatimah terluka. Karena 'Ali sangat tahu bagaimana
rasanya menderita karena cinta. Dan sekarang Fatimah
sedang merasakannya . 'Ali bingung ingin berkata apa,
perasaan didalam hatinya bercampur aduk. Di satu sisi ia
sangat bahagia telah menikah dengan Fatimah dan
Fatimah pun telah ikhlas menjadi istrinya. Tapi disisi lain
'Ali tahu bahwa hati Fatimah sedang terluka. 'Ali pun
terdiam sejenak. Fatimah pun lalu berkata, “Wahai 'Ali
suamiku sayang, Astaghfirullah maafkan aku. Aku tak
ada maksud ingin menyakitimu, demi Allah aku hanya
ingin jujur padamu, saat ini kaulah pemilik cintaku, raja
yang menguasai hatiku.”
'Ali masih saja terdiam, bahkan 'Ali mengalihkan
pandangannya dari wajah Fatimah yang cantik itu.
Melihat sikap 'Ali, Fatimah pun berkata sambil merayu
'Ali, “Wahai suamiku 'Ali, tak usah lah kau pikirkan kata-
kataku itu, marilah kita berdua nikmati malam indah kita
ini. Ayolah sayang, aku menantimu 'Ali”.
'Ali tetap saja terdiam dan tidak terlalu menghiraukan
rayuan Fatimah, tiba-tiba 'Ali pun berkata,“Fatimah, kau
tahu bahwa aku sangat mencintaimu, kau pun tahu
betapa aku berjuang memendam rasa cintaku demi untuk
ikatan suci bersamamu, Tapi Fatimah, tahukah engkau
saat ini aku juga sedih karena mengetahui hatimu
sedang terluka. Sungguh aku tak ingin orang yang
kucintai tersakiti, aku merasa bersalah jika seandainya
kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh cinta
padaku.
Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata 'Ali, 'Ali
diam sesaat sambil merenung, tak terasa mata 'Ali pun
mulai keluar air mata, lalu dengan sangat tulus 'Ali
berkata lagi, “Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi
aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu lalu dengan
sangat tulus 'Ali berkata lagi, “Wahai Fahtimah, aku
sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikit pun
dari dirimu kau masih suci. Aku rela menceraikanmu
malam ini agar kau bisa menikah dengan pemuda yang
kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga
mencintaimu. Jadi aku tak akan khawatir ia akan
menyakitimu. Aku tak ingin cintaku padamu hanya
bertepuk sebelah tangan , sungguh aku sangat
mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka…
Menikahlah dengannya, aku rela”. Fatimah juga
meneteskan air mata sambil tersenyum menatap 'Ali,
Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta 'Ali
kepadanya ketika itu juga Fatimah ingin berkata kepada
'Ali, tapi 'Ali memotong dan berkata, “Tapi Fathimah,
sebelum aku menceraikanmu, bolehkah aku tau siapa
pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu?, aku berjanji
tak akan meminta apapun lagi darimu..
Airmata Fatimah mengalir semakin deras, Fatimah tak
kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah
langsung memeluk 'Ali dengan erat. Lalu Fatimah pun
berkata dengan tersedu-sedu, “Wahai 'Ali, demi Allah aku
sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu
karena Allah. Berkali-kali Fatimah mengulang kata-
katanya. Setelah emosinya bisa terkontrol, Fatimah pun
berkata kepada 'Ali, “Wahai 'Ali, Awalnya aku ingin
tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu
setelah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku
memendam rasa cinta kepada seorang pemuda sebelum
menikah denganmu, aku hanya ingin menggodamu, sudah
lama aku ingin bisa bercanda mesra bersamamu. Tapi
kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau
tau sebenarnya pemuda itu sudah menikah wahai 'Ali ???
'Ali menjadi bingung, 'Ali pun berkata dengan selembut
mungkin, walaupun ia kesal dengan ulah Fatimah
kepadanya ”Apa maksudmu wahai Fatimah? Kau bilang
padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada
seorang pemuda, tapi kau malah bilang sangat
mencintaiku,dan kau juga bilang ingin tertawa melihat
sikapku, apakah kau ingin mempermainkan aku Fatimah..
sudahlah tolong sebut siapa nama pemuda itu? Mengapa
kau mengharapkannya walaupun dia sudah menikah?”.
Fatimah pun kembali memeluk 'Ali dengan erat, tapi kali
ini dengan dekapan yang mesra. Lalu menjawab
pertanyaan 'Ali dengan manja, 'Ali sayang, kau benar
seperti yang ku katakan bahwa aku memang telah
memendam rasa cintaku itu, aku memendamnya
bertahun-tahun, sudah sejak lama aku ingin
mengungkapkannya, tapi aku terlalu takut, aku tak ingin
menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini, aku pun
tau bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi
dahulu aku sering bertemu dengannya. Hatiku bergetar
bila ku bertemu dengannya. Tapi tahukah engkau wahai
sayangku, pada malam pertama pernikahannya ia malah
di buat menangis dan kesal oleh perempuan yg baru
dinikahinya.
'Ali pun masih agak bingung, tapi Fatimah segera
melanjutkan kata-katanya dengan nada yang semakin
menggoda 'Ali, ”Kau ingin tahu siapa pemuda itu?
Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku,
aku sedang memeluk mesra pemuda itu, tapi kok dia
diam saja ya, padahal aku memeluknya sangat erat dan
berkata-kata manja padanya, aku sangat mencintainya
dan aku pun sangat bahagia ternyata memang dugaanku
benar, ia juga sangat mencintaiku…”
'Ali berkata kepada Fatimah, “Jadi maksudmu…???”
Fatimah pun berkata, “Ya wahai cintaku, kau benar,
pemuda itu bernama 'Ali bin Abi Thalib sang pujaan
hatiku”
Sekian kisah cinta 'Ali RA dan Fatimah RA, semoga kita
bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya, Aamiin
allahumma aamiin

No comments:

Post a Comment