Santri Menyapa Dunia
“‘Mengabdikan diri untuk negeri
sambil menjadi Mahasiswa’, dari susunannya saja sudah bisa dibaca bahwa yang
lebih diutamakan adalah pengabdiannya dari pada status mahasiswanya, bukan atas
dasar paksaan atau tuntutan, tapi lebih pada sebuah kewajiban atas amanat yang
telah diembankan, banyak memang resiko yang harus diambil, terkadang dalam
bangku perkuliahanpun kehadiran kita hanya sekedarnya (yang penting bisa hadir),
dan kadang kitapun tak masuk kuliah jika ada tugas pengabdian yang harus segera
dikerjakan. Dengan semua ini, rasa memiliki kekurangan sebagai seorang
mahasiswa dalam hal keilmuan mulai menghantui.”
Kenapa menjadikan kekurangan kita
sebuah beban yang seolah amat memberatkan, padahal jika saja mau mengambil
titik positif dalam kekurangan tersebut, tentunya akan menjadi sebuah kelebihan
tersendiri yang kita miliki, bahkan dapat terlihat bahwa kekurangan tersebut
merupakan anugerah penuh berkah untuk diri kita. Teman sekelas saya di kampus
pernah bicara “Di banding mahasiswa luar, pengetahuan kita gak ada apa – apanya
ya ?”, “Ya” jawabku.
Jika dilihat dari strata keilmuan
memang kita bisa terbilang kalah, karena bukan hanya status mahasiswa saja yang
kita pikul, melainkan status pengabdian juga ikut kita pikul, pengabdian yang
begitu menguras tenaga, piker dan dzikir.
Sekedar untuk menguatkan hati saja,
ibarat dua buah pohon yang keduanya berasal dari dua batang yang sejenis, namun
pada akhirnmya, hasil yang diberikan dari dua pohon tersebut tidaklah sama,
karena yang satu, langsung di tancapkan, tapi yang satunya lagi harus menunggu
dulu proses pencangkokan.
Sesulit apapun jalan yang dihadapi, saat
posisi kita sebagai penuntut ilmu bisa menjadi lebih prihatin terhadap keadaan,
maka bersiaplah ! Karena dibalik semua itu sudah ada keberkahan hidup yang siap
membuka pintunya untuk kita.
No comments:
Post a Comment