Santri Menyapa Dunia
Oleh : Kang Fazri, Sang
Pemimpi yang pernah dan masih terus percaya dengan semua mimpinya
Untuk menjadi
seorang Prof. DR. KH. N. Fazri, Lc., MA.
Ku buka seutas tali kisah hidup ini,
dengan hanya mengharap ridho ilahi, Allah SWT, dan syafa’at dari jungjungan
nabi agung Muhammad SAW.
1. Masa Kecil
Aku terlahir pada hari senin, 14
februari 1994, saat itu bertepatan dengan terbitnya sang fajar, maka dengan
kejadian itu, ayahku berkeinginan untuk menamaiku dengan cahaya fajar, namun,
karena kebetulan saat itu ada kakekku, beliau mengusulkan pada ayahku, untuk menenrjemahkan
namaku ke dalam bahas arab, mulai saat itulah seorang bayi mungil dengan tangis
yang begitu ingar biingarnya memiliki nama Nurul Fazri
Yang
aku ingat, saat aku lahir aku memiliki 2 gigi depan, dan satu tai lalat besar
di bawah ketiak kiriku, sejak kecil aku hidup dalam sebuah keluarga sederhana,
ayahku seorang penjahit topi, dan ibuku seorang ibu rumah tangga, ayahku
memiliki tempramen keras, sama sperti ibuku, sejak kecil aku terbiasa mendapat
gamparan, cubitan dari kedua orang tuaku terutama ayah, bahkan sering kali kau
kencing saat mendapat satu gamparan keras dari yahku, masalahnya saat itu aku
senang memberhentikan para pedagang yang lewat d depan rumahku, tanpa berfikir
adakah sepeser uang dalam rumahku, maka dari itu ibu dan ayah pasti memarahaiku.
Dua bulan sebelum aku masuk bangku
Sekolah Dasar, aku pernah bilang dengan cadelnya kepada ibuku “Ma nu ulangmah
tipina oge meuni halalideng jeng balalodas wungkulnya, ali nu btulmah wlna
walni si Ma” (Ma, punya kitmah tvnya cuman hitam putih aja, kalo yang lain mah
warna warni lo Ma), aku aneh melihat ibuku yang tiba menangis tersedu, dan
langsung memeluk dan menciumku kepalaku, tanpa pikir kenpa akupun kembali
membicarakan satu masalah dengan bahasa cadelku “Ma telus imah ulang mah mun hujan
teh tilelep Ma, Ulang luhulan yu Ma, di ganjel ku batu, kan loba batu d halepen
imah” (MA, terus rumah kita tuh kalo ujan pasti kebanjiran, kita atasin yu ma,
kita kasih batu bawahnya, kan banyak batu di depan rumah), tambah eratlah
pelukan ibuku, hangat tetesan air mata yang menetes dan mengenai pundakku begitu
terasa aneh di hatiku, saat itu aku hanya berfikir polos saja tanpa mengerti
dengan perasaan ibuku.
Sebulan kemudian, tanpa aku ketahui
sebelumnya rencana ibuku untuk menjadi seorang TKW d Arab Saudi, ibukupun pergi
dengan tekad ingin mewujudkan keinginanku tadi, mulai saat itu aku mrasa bgitu
kehilangan sosok yang aku cinta, dan menyayangi aku.
Tibalah
hari pertama aku masuk sekolah, saat itu yang mengantarkanku adalah kakak
perempuanku yang masih duduk di bangku kelas 2 smp, aku bingung dan merasa
sedih, karena kulihat semua anak di antar oleh ibu bapanya. Dan kulihat semua berpakaian
rapi dengan muka yang penuh oleh balutan bedak anak, hanya aku saja yag diantar
oleh kakak, dengan pakaian kusut tanpa sedikitpun bedak yang terpoles di wajah mungilku, saat itu rambutku poni. Selang
lima menit, kakak perempuankupun pamit karena diapun harus sekolah, itulah hari
pertama sekolahku yang begitu menyedihkan, tanpa satupun keluarga yang ada di
sampingku, ibu di Arab, ayah Jakarta,
dan kakak di sekolah.
Dalam
keseharianku, aku hanya hidup berdua dengan kakakku, karena ayah hanya pulang seminggu
sekali, setiap tahun kenaikan kelas, ayah pasti
pulang, aku ingat saat itu aku selalu menjadi juara satu di kelas dan maju
ke panggung untuk menerima hadiah, dengan ditemani ayahku tercinta, yang hanya
menemaniku sampai pembagian hadiah saja, karena harus segera mngambil raport
punya kakaku d SMP, yang juga sedang melaksanakan acara kenaikan kelas. Akupun
langsung pulang ke rumah menunggu mereka berdua dating.
Tiga
tahun berlalu, rumahku yang dulunya sering terkena banjir yang juga mungkin,
akan roboh walau hanya terkena sedikit tiupan angin, mulai di renovasi dan
menjadi lebih layak.
Saat
di kelas 4 awal ibuku pulang, beberapa bulan ekonomi keluarga kamim mulai membaik
hanya beberapa bulan saja karena setelah itu, banyak sekali musibah yang menimpa
keluarga kami terutama, ibuku sakit parahlah pdhal sat itu ibu mngandung
adikku, tak hanya itu cobaanpun datang dari beberapa tetangga dengan cercaan, hinaan,
entah apa salah keluarga kami, sampai - sampai di depan rumah kami ada sebuah
benteng tinggi yang sengaja dibangun dengan niat menutup rumah kami, mulai saat
itulah ekonomi keluargaku menurun lagi, dan kembali lagi ke menu makan idaaman
nasi uyah (nasi pake garem), dan ayahkupun tidak lagi bekerja di Jakarta,
beliau hanya bekerja d salah satu konveksi milik tetangga.
Sejak
kelas 5 SD, keadaan ekonomi keluarga amat memprihatinkan, hampir saja membuat sekolahku
terputus, melihat kondisi itu, akhirnya aku memutuskan untuk mncari uang
sendiri untuk biaya sekolah, dengan menjadi seorang penjahit.
Selama
3 blan aku mulai belajar menjahit topi, Aku masih ingat, gaji pertamaku adalah
20 ribu rupiah kubelikan satu kaos berwarna merah ati, karena akau hanya
memakai kaos itu – itu saja, dengan harga 15 ribu, sisanya kuberikan pada
ibuku. Mulai saat itu, aku jauh dari keluarga, karena aku sepulang sekolah
langsung kerja, plang sore, setelah isya brangkat lagi, dan tidur di tempat
kerja (lembur).
Dunia
yang sdikit berbedapun mulai aku masuki, disinilah aku mulai mngenal rokok dan
perempuan, Karen abgiku 2 hal inilah yang dapat memberikan kasih saying padaku,
membayar rasa dahagaku terhadap kasih saying keluarga.
Aku
mulai bekerja sejak kelas 5 SD sampai kelas 3 SMP, ya dengan berbagai liku
tentunya, pernah di tmpeleng karena kerjaan kurang bener, pernah gaji di tahan,
yang paling menyedihkan saat aku mnghadapi UAN SMP tahun 2009, kebetulan saat
itu adalah hari pasar, hari di mana topi dipasarkan, dengan teganya bosku berkata
“hari ini harus lembur, harus selesai” akhirnya dengan berat hati, aku lembur
sampai pulang jam 2 malam setiap harinya, di saat hari – hari pelaksanaan UAN.
Saat
duduk di bangku SMPlah aku mulai lebih dekat dengan prempuan, karena mereka
yang bisa mengerti aku, bisa sayang padaku, namun karena cinta yang tidak di dasari
asas islami, akhirnya makna suci cintpun berubah menjadi nafsu, mungkin jika ditanya
mengenai semua bagian permpuan, semuanya sudah pernah aku sentuh, remas, bahkan
aku jilat, tapi setiap aku hendak melakukan lebih dri itu, selalu saja mereka
sedang menstrubasi. Alhamsulillah
Selulus
dari SMP aku mncoba masuk ke sebuah SMK negeri jurusan mesin, kebetulan saat itu
aku diterima. Namun, seminggu setelah itu, aku masuk Pndok atas keinginan ibu
tecinnta dengan tangisan harunya, yang membuat keinginan kerasku lunak
seketika.
Tanggal
6 juli 2009, aku masuk pondok, diantar oleh keluargaku dengan menyewa mobil
panter milik tetangga, kita smpai kira – kira jam 4 pagi dan keluargaku langsung pulang jam
11 siang, karrena takut akan membuat sewa mobil semakn membengkak. Air
matakupun melelh saat itu.
Saat
itu, ayahku beralih profesi dengan menjadi seorang pedagang pisang seperti
kakekku, tahun pertma aku marasa bgitu berat menjalani semua aktivitas, karena
aku harus mengikuti segala macam bentuk peraturan yang terasa begitu mengekang.
Pada
tahun pertama belum ada sedikitpun perubahaan kurasa, namun setelah masuk di
tahun ke dua aku mulai mendapatkaan banyak titik trang yang menempel dalam hati, mulai
saat itu aku belajar solat dan membaca alqur’an kepada wali kelasku, yang tanpa
sedikitpun ragu menyebut aku dengan sebutan Goblok !, ditahun inilah aku mulai
belajar untuk memahami arti hidup dan orang tua.
2. Keinginan Untuk Menimba Ilmu di
Tanah Para Nabi
Keinginan
untuk menimba ilmu di mesir mulai tumbuh saat aku menonton film KCB di pondok,
mulailah aku mencari sedikit informasi tentang mesir, setelah tahu betapa susah
syaratnya, aku mulai ragu dan berfikir “aku ngafalin manjada wajada aja sampai
seharian, apa lagi harus ngafalin 3 juz sking fikiran ini tllu kotor isinya,
aku mlai mngurungkan niatku dan mmilih kliah d pondo, udahlah mending kuliah di
pondok aja”.
Pertengahan
kelas 5 setelah aku dengar ada kakak kelasku yang ingin melanjutkan studinya ke
mesir aku mulai menetapkan kembali mesir sebagai perkuliahanku setelah d pondok
dengan tekad, tidak maau S1 kecuai di mesir. Mulai dari pertengahan kelas 5
inilah aku menghafal alqur’an dengan target sehari 2 ayat, kerena memang
kemampuan hafalanku sangat lemah, karena masih tersimpan ribuan file kotor
dalam otakku, akhirnya d pertengahan kelas 6, ahu hafal 3 juz (1,2,30).
Saat
itulah aku mulai mencatat semua mimpiku, mencari foto – foto bangunan mesir dan
menempelkannya didepan lemariku, saat itu juga aku percaya bahwa masa depan itu
bsa kita tentukan dengan doa, usaha, kemauan dan istiqomah. Beberapa contoh
tulisan didepan lemariku adalah
What you get, is what you believe and dream
Prof. DR. KH. N. Fazri, Lc., MA.
Dunia…
Mungkin di matamu…. aku ini seperti orang gila, yang tak
pernah mau menerima kenyataan, yang hanya bisa bermimpi, yang hanya bisa
tertawa.
Keyakinanku, selalu berkata padaku ”bermimpilah Yuy… maka
Allah akan memeluk mimpi – mimpimu”….
Tak jarang aku putus asa, aku kehilangan keyakinanku, aku
takut tak bisa menggapai mimpiku, aku sangat ketakutan.
Tapi saat aku mengingat betapa besar kekuasaan-Nya, semua
rasa itu… rasa takutku… hilang seketika.
Aku yakin betul, bahwa Dialah satu – satunya penolong
yang dapat menyelamatkan keyakinanku….. untuk tidak pernah berhenti bermimpi.
“Yuy…. Ingatlah… Kalau orang sepertimu tak
mau bermimpi dan memiliki harapan, bersiap – siaplah untuk segera mati… ”
Berbagai macam rintangan mulai dating, dan
berusaha untuk menggoyahkan keinginan, mulai dari orang tua yang kurang setuju, ditawari untuk mengabdi
di pondok, semuanya ku tolak, bahkan akupun tidak mendaftarkan diri untuk mengikuti
SMPTN, Lipia, dsb. Dalam benakku jika satu langkah saja aku belok, sama saja mengurangi
kepercayaan 100 % ku terhadap mesir, karena aku gak mau berkurang 1 persenpun keinginanku untuk
belajar disana, bagiku tidak ada cadangan, adanya keyakinan, saat aku mendapat
masukan untuk salat istikhoroh, akau tidak melakssankannya, karena saking
yakinnya.
Salah satu cobaan yang hampir saja mengendorkan
semangatku, adalah saat menunggu pendaftarran dibuka. Karena pada tahun ini
pendaftaran ditunda sebulan. Yakinku, allah sedang menguji kesungguhan kami
(para pemimpi) untuk menimba ilmu di mesir, ternyata benar setelah kami
menyerahkan semuany pada Allah, dengan menangis dalam setiap tahajud, tak
berapa lama pendaftaranpun dibuka dengan hati gerimis, oleh butir – butir syukur
pada Allah, kamipun berbondong – bonding mendaftar.
Sebulan setelah pendaftran, aku pergi ke
Jakarta, untuk mnyerahkan semua persyaratan di Kemenag pusat. Mulailah hari –
hai yang serba keras, ibadah keras, doa keras, belajar keras, sabar keras dan
usaha keras.
3.
Allahlah yang Menentukan
Kabar itupun tiba, pagi – pagi sekali kawanku
dari Jakarta mengabariku bahwa tes di undur, aku masih belum bisa percaya,
namun karna ingin info yang lebih jelas aku pergi ke Jakarta lagi dan
memastikan kebenaran berita itu, ternyata memang benar, husnudzonku, Allah
kembali menguji para pencarinya.
Namun selang beberapa lama kemudian berita terburukpun
datang, 2 TAHUN INI TIDAK ADA SELEKSI
MASUK AL - AZHAR, bagai di sayat jutaan sembilu, bagai ada jutaan petir menderu,
aku trsungkur di depan laptop di rumah kakakku d Jakarta, segera ku mengamil
wudu dan solat 2 rokaat, ku menangis sejadi - jadinya, betapa indah kasihmu ya
rabb, entah ada hikmah apa di balik semua ini, yang jelas aku hanya yakin,
bahwa scenario Allahlah yang terbaik. Dialah yang maha tahu.
Setelah itu, Akupun mulai mencari informasi mengenai
pondok tahfidz, yang gratis, karena sebenarnya salah satu tujuanku masuk mesir,
adalah, aku ingin saat aku kuliah kedua orang tuaku sudah terlepas dari beban
untuk membiayai kuliahku, sering sekali aku mendengar beliau berdua mengeluah
masalah biayaku, akau sedikit paham dengan rasa sulitnya mencari uang, karena 4
tahun aku pernah menjadi seorang kuli. Setelah ku datangi satu persatu pndok –
pondok itu, tak satupun ada yang mau menerima, dengan alasan pendaftaran sudah
di tutup, walau aku sebutkan semua alasanku, tetap saja tak sedikitpun
membantu.
Akhirnya keluargaku sepakat untuk
mengembalikanku ke tanah kelahiranku, kelahiran hatiku, tanah kecintaanku, yang
telah banyak merubah hidup dan cara hidupku, Ngabarku. Dengan tekad yang taak
kalah kuat dengan cinta dan tekadku pada cairo, aku barejanji pada kedua orang
tuaku, aku akan berusaha untuk meringankan beban biaya kedua orang tuaku,
dengan kuliah sambil bekerja, menulis, dan terus memebaca.
Akau tetap percaya dengan mottoku, what you
get is what you believe and dream, walaupun ragaku di Ngabar, tapi sesungguhnya
hatiku di Cairo, tunggu aku Cairo, aku janji S2ku di Cairo
Walau secara lahiriyah akau lulusan IAIRM
nantinya, insya allah dengan mengharap ridho Allah, akau akan berusaha,
menjadikan batiniyah dan fikriyahku seperti lulusan Al-Azhar Cairo.
Salam sejuta mimpi !!!
Prof. DR. KH. N. Fazri, S.HI., Lc., MA.