Saturday, November 22, 2014

Panggung Kayu dan Panggung Sandiwara

            
Santri Menyapa Dunia

Sebuah ketidakmungkinan bisa saja menjadi sebuah kemungkinan, begitupun sebaliknya. Terkadang sesuatu yang terlihat sudah pasti ini atau itu hasilnya, bisa saja seketika berubah jauh dari perkiraan kita, jangan kaget, karena semua proses dalam kehidupan ini sudah sebegitu apiknya terprogram dalam mega server kitab lauhul mahfudz karya Sang Khalik Allah SWT.
            Jauh sebelum kita lahir, tepatnya saat masih di alam rahim (kandungan ibu) Allah sudah menyiapkan puluhan lembar naskah dari skenario milik kita yang sudah harus siap kita perankan dalam adegan - adegan drama di panggung sandiwara kehidupan nyata di dunia.
                Sebagaimana drama pada umumnya, tanpa disuruh terlebih dahulu setiap pemeran sejatinya tertuntut untuk memberikan penampilan terbaiknya, karena barang tentu akan menjadi bermanfaat untuk seluruh penonton yang  berada di sekitar panggung, menghibur dan sekaligus memberikan pemahaman penonton terhadap maksud dari tema yang diangkat pada drama tersebut. Dapat upahkan dari sang pimpinan pentas ? Sudah pasti, semakin banyak, bagus dan profesional kita dalam menjalankan setiap adegan, tentu pimpinan pentas akan memberikan apresiasi atas kinerjanya dalam berbagai bentuk sekehendaknya.
                Istilah dunia sebagai ‘panggung sandiwara’pun mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita, kenapa istilah tersebut muncul ? Jawaban yang paling ringan, karena di dunia manusia hanya hidup sementara. Jika memang dunia ini pantas untuk disebut sebuah panggung sandiwara, lantas jadi apakah manusia – manusia yang hidup di dalamnya ? Sudah pasti manusialah yang berperan sebagai pemain dalam pentas drama singkat kehidupan ini, dengan Allah SWT sebagai pimpinan pentasny.
             Berbeda dengan pentas drama di atas panggung kayu, pentas dalam kehidupan nyata manusia,  tidak serta merta berjalan sesuai skenario sang pemimpin pentas, karena masih ada beberapa pemeran yang masih sibuk berkutat dengan keinginan individualnya, seolah merasa mampu membuat skenario hidupnya sendiri. Bahkan sampai lupa untuk memberikan penampilan terbaik, sehingga terkesan serba sekedarnya.
                Sebagaimana firman Allah “Dan aku tidak menyciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembahku ”, inilah sebenarnya skenario asli dan utama dalam kehidupan manusia, namun hanya segelintir saja yang mau menyadari dan menampilkan penampilan terbaiknya dengan skenario ini. Padahal sudah pasti, jika kita mampu memberikan penampilan yang terbaik, maka akan memberikat puluhan manfaat untuk kehidupan orang – orang di sekitar kita.
                Berarti sebagai salah satu pemeran atau pemain dalam drama singkat kehidupan ini, hal pertama yang harus kita pahami adalah skenario utama di atas, dan tentu harus sejalan dengan rambu – rambu yang sudah diberikan Allah, semuanya hanya untuk mendapatkan ridhoNya, karena tersimpan berbagai macam kenikmatan duniawi dan ukhrowi di dalamnya.

No comments:

Post a Comment