Friday, November 28, 2014

Bola Kehidupan


Santri Menyapa Dunia
          Harapan itu ibarat sebuah bola dalam pertandingan sepak bola. Semua pemain, entah yang berada di posisi penjaga gawang, gelandang ataupun penyerang, jika ditanya satu – persatu tentu ingin sekali memasukan bola tersebut ke gawang lawannya, dan membawa timnya ke dalam sebuah kemenangan.

                Namun, sebagai pemain yang baik, kita harus tahu bahwa dalam pertandingan tersebut, kita berada di dalam sebuah tim, bukan perorangan. Kemenangan adalah kebutuhan bersama untuk mengharumkan nama tim yang dibela. Kemenangan yang bukan berarti membuat tim lain kalah, tapi membuat semua tim memberikan penampilan terbaiknya.

             Begitu pula kita hidup di dunia, tak pantas rasanya jika kita merasakan sebuah kenikmatan ataupun kesuksesan hanya untuk diri sendiri, mendapatkan musibahpun rasanya tak lebih baik jika orang terdekat di samping kita, tetangga dan kerabat kita, enggan untuk mengulurkan tangan dan membantu.

       Manusia itu bukanlah mahluk individualis tapi mahluk yang sangat sosialis (Saling membutuhkan). Sosialis dalam beragama, beribadah, berbuat keagamaan, berkehidupan dan dalam segala irama kehidupan. Jangan biarkan ada saudara kita terjepit kesusahan selagi kita dalam kenikmatan, jangan biarkan kita menikmati indahnya beribadah sedangkan  kita membiarkan saudara kita berhura – hura meninggalkan ibadah, mari ngatkan mereka !.
                Kita semua saudara, satu kakek dan nenek.

                Dengan memahami arti penting sebuah kekluargaan, kita ajak semua teman, saudara, sanak family dan semuanya, untuk bekerja sama menggapai Ridho-Nya.

Monday, November 24, 2014

Guru itu "Malaikat Tak Bersayap"

       
Santri Menyapa Dunia
           Di penghujung tengah hari ini, sebagian guru sudah mulai bisa menikmati setiap detik waktunya dengan keluarga tercinta, segala kesibukan mengajar ditanggalkan sudah, hingga fajar esok menyingsing kembali. Sebagaimana uraian di atas saya pertegas kembali, hanya sebagian guru saja.
               Namun, andai kata kita mau sedikit menyelidik, membuka dan menelusuri meter demi meter bumi pertiwi ini, akan kita temukan puluhan, ratusan baahkan ribuan guru yang menjadi pelita bangsa ini, pelita yang seolah tak pernah mau berhenti menyinari, walau tak ada ‘minyak tanah’ tambahan yang secara rutin menopang sinarnya, pelita itu tetap berpijar menerangi, beliaulah guru bangsa, yang menyuburkan bibit hijau yang siap mengelola indahnya bumi pertiwi.
               Pahlawan tanpa tanda jasa memang benar adanya, entah sampai kapan mahluk – mahluk ini atau yang lebih pantas disebut ‘malaikat tanpa sayap’ ini akan terus bernafas di bumi Indonesia. Yang jika kita lihat saat ini, keadaan alam seolah enggan melihat mereka leluasa beterbangan menebarkan benih kebaikan, sedikit yang memperhatikan kehidupan mereka, dunia memang kejam, tapi lebih kejam lagi manusia serakah yang mendiaminya.
              Dengan semangat hari guru di penghujung 2014 ini, mari kita berusaha untuk menyelami arti penting dari kehadiran seorang guru di bumi ini, jangan lupa untuk memberikan apresiasi tinggi untuk beliau, jika punya kekutan lebih dari cukup, kita bantu penghidupan para malaikat tak bersayap itu, apalagi beliau – beliau yang berada di pelosok tanah air.

               Para entertainer dibayar tinggi untuk merusak akhlak anak bangsa, tapi para guru yang bertugas membentuk akhlak dan karakter luhur bangsa, jangankan bayaran tinggi, kadangpun ada yang sampaidilupai.

Harga Sebuah "Perdjoeangan"



Santri Menyapa Dunia
Nafas yang terasa hambar, keringat yang seolah tak lagi mengalir, langkah yang sudah terlihat patah, dan apalah. Mungkin jika semuanya di ungkapkan dalam kalimat – kalimat yang sering orang bilang ‘lebay’ ini, tak akan ada habis dan ujungnya.
                Sebuah perjalanan memang terasa amat jauh, saat kita berharap untuk segera sampai kepadanya, jalan luruspun terasa penuh kelokan saat kita merasa jalan itu salah bagi kita. Namun, semua akan terasa indah saat kita mampu menikmati setiap pergerakan menuju tempat tujuan kita, apapun resiko dan hambatannya “It’s okey”, tak akan pernah jadi sebuah permasalahan.
                Dalam kehidupan, seyogiyanya semua manusia mengenal, memahami dan benar – mengamalkan kata ‘perjuangan’ dalam setiap sesi hidupnya, sebuah kata yang pada kenyataannya tak sulit untuk diucap, tak sukar untuk dicatat, dan tak lama untuk dihafal ini, memiliki makna tersirat yang begitu mendalam, sehingga banyak orang yang hanya mampu pada batas mengetahui saja, tidak sampai tingkat pemahaman dan pengamalan, karena bukan sembarang orang yang mampu sampai titik ini.
                Ukuran pemahaman atas kata singkat diatas, bukan terletak pada seberapa bagus tulisan, seberapa tinggi rangking yang diraih, ataupun seberapa panjang dan lebar gelar – gelar akademik yang mengapit di sudut kanan dan kiri namanya. Tapi pemahaman ini dapat diraih dengan sebuah ketekunan, kesabaran dan ketulusan, seberapapun rendah pendidikan yang dianyam seseorang, adapun jiwanya sudah mencakup dan menguasai 3 sifat ini, kiranya pemahaman dan pengamalan ‘perjuangan’, tak akan sulit untuk dilakukan.
                Tidak ada tawa ataupun canda berlebih, berkeliling kota setiap saat, mengisi semua waktu luang dengan kegiatan – kegiatan yang dapat mempertajam intelektual, yang mungkin salah satu yang paling diidam – idamkan adalah menikmati indahnya masa muda. Semua terasa pergi saat kita berusaha memahami arti dari ‘Perdjoeangan’, kita secara perlahan – lahan harus merelakan semua itu untuk tidak kita lakoni, karena begitu banyaknya tugas ‘perjuangan’ yang bergantung di pundak kita.
                Usia muda dan kesenangannya terampas tak jadi masalah, asal dengan melakoni pemahaman ini dapat menjamin masa depan kita, karena dari perjuangan kita inilah, akan lahir puluhan anak bangsa yang siap memimpin dan merawat ibu pertiwi dengan penuh cinta. Harus kita yakini.
                Prihatinlah, tirakatlah, dan bersujudlah, karena sebuah balasan indah menanti kita di ujung juang. Insya Allah.

                In Tanshurulloha Yanshurukum Wayutsabit Aqdamaqum….

Saturday, November 22, 2014

Panggung Kayu dan Panggung Sandiwara

            
Santri Menyapa Dunia

Sebuah ketidakmungkinan bisa saja menjadi sebuah kemungkinan, begitupun sebaliknya. Terkadang sesuatu yang terlihat sudah pasti ini atau itu hasilnya, bisa saja seketika berubah jauh dari perkiraan kita, jangan kaget, karena semua proses dalam kehidupan ini sudah sebegitu apiknya terprogram dalam mega server kitab lauhul mahfudz karya Sang Khalik Allah SWT.
            Jauh sebelum kita lahir, tepatnya saat masih di alam rahim (kandungan ibu) Allah sudah menyiapkan puluhan lembar naskah dari skenario milik kita yang sudah harus siap kita perankan dalam adegan - adegan drama di panggung sandiwara kehidupan nyata di dunia.
                Sebagaimana drama pada umumnya, tanpa disuruh terlebih dahulu setiap pemeran sejatinya tertuntut untuk memberikan penampilan terbaiknya, karena barang tentu akan menjadi bermanfaat untuk seluruh penonton yang  berada di sekitar panggung, menghibur dan sekaligus memberikan pemahaman penonton terhadap maksud dari tema yang diangkat pada drama tersebut. Dapat upahkan dari sang pimpinan pentas ? Sudah pasti, semakin banyak, bagus dan profesional kita dalam menjalankan setiap adegan, tentu pimpinan pentas akan memberikan apresiasi atas kinerjanya dalam berbagai bentuk sekehendaknya.
                Istilah dunia sebagai ‘panggung sandiwara’pun mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita, kenapa istilah tersebut muncul ? Jawaban yang paling ringan, karena di dunia manusia hanya hidup sementara. Jika memang dunia ini pantas untuk disebut sebuah panggung sandiwara, lantas jadi apakah manusia – manusia yang hidup di dalamnya ? Sudah pasti manusialah yang berperan sebagai pemain dalam pentas drama singkat kehidupan ini, dengan Allah SWT sebagai pimpinan pentasny.
             Berbeda dengan pentas drama di atas panggung kayu, pentas dalam kehidupan nyata manusia,  tidak serta merta berjalan sesuai skenario sang pemimpin pentas, karena masih ada beberapa pemeran yang masih sibuk berkutat dengan keinginan individualnya, seolah merasa mampu membuat skenario hidupnya sendiri. Bahkan sampai lupa untuk memberikan penampilan terbaik, sehingga terkesan serba sekedarnya.
                Sebagaimana firman Allah “Dan aku tidak menyciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembahku ”, inilah sebenarnya skenario asli dan utama dalam kehidupan manusia, namun hanya segelintir saja yang mau menyadari dan menampilkan penampilan terbaiknya dengan skenario ini. Padahal sudah pasti, jika kita mampu memberikan penampilan yang terbaik, maka akan memberikat puluhan manfaat untuk kehidupan orang – orang di sekitar kita.
                Berarti sebagai salah satu pemeran atau pemain dalam drama singkat kehidupan ini, hal pertama yang harus kita pahami adalah skenario utama di atas, dan tentu harus sejalan dengan rambu – rambu yang sudah diberikan Allah, semuanya hanya untuk mendapatkan ridhoNya, karena tersimpan berbagai macam kenikmatan duniawi dan ukhrowi di dalamnya.

Wednesday, November 19, 2014

Mu'tamar Iblis dan anak buahnya!

Santri Menyapa Dunia

imageMu'tamar Iblis dan anak buahnya (Syaiton dan Jin Kafir). Dalam pembukaannya konferensi tsb dikatakannya:
"Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke Mesjid, Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur'an dan mencari kebenaran, bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan tuhan kita Allah dan pembawa risalahNya Muhammad, pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh."

"Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke Masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, tetapi curi waktu mereka, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah".

"Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!"
"Inilah yang akan kita lakukan," kata iblis .

Terjadi kegaduhan.., kemudian..
"Bagaimana kami melakukannya?" tanya para hadirin yaitu Syaitan, dan jin Kafir.
Iblis tertawa.. kemudian memberikan "pelajaran" bagi anak buahnya..

"Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka, dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka," jawab sang iblis .
"Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG".

"Bujuk para istri untuk bekerja diluar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu, 10 - 12 jam seminggu, sehingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat kosong. Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka. Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang dari bekerja. Dorong terus cara berfikir seperti itu sehingga mereka tidak merasa ada ketenangan dirumah."

Kemudian Iblis pun melanjutkan... dan anak buahnyapun mendengar dengan penuh perhatian.

"Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama mereka berkendaraan. Dorong mereka untuk menyetel TV, VCD, CD dan PC dirumah sepanjang hari. Bunyikan musik terus menerus disemua restoran maupun toko2 didunia ini. Tanamkan tipu daya bahwa ada musik yang islami seperti "Dang-Dut Islami" ataupun "Nada disertai Dakwah" Hal ini akan mempengaruhi fikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan RasulNya bahkan sesama mereka"

"Penuhi meja-meja rumah mereka dengan majalah-majalah dan tabloid. Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip selama 24 jam sehari. Serang mereka dengan berbagai iklan-iklan dijalanan. Banjiri kotak surat mereka dengan informasi tak berguna, katalog-katalog, undian-undian, tawaran-tawaran dari berbagai macam iklan."

"Muat gambaran wanita yang cantik itu adalah yang langsing dan berkulit mulus dimajalah dan TV, untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada istri-istri mereka dan buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari, buatlah mereka sering sakit kepala. Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka akan mulai mencari diluaran".

"Hal inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga"

"Terbitkan buku-buku cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak-anak mereka akan makna shalat. Sibukkan mereka sehingga tidak lagi punya waktu untuk mengkaji bagaimana Allah menciptakan alam semesta. Arahkan mereka ketempat-tempat hiburan, fitness, pertandingan-pertandingan, konser musik dan bioskop."

"Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK DAN SIBUK."
Salah satu Jin Kafir menginterupsi pidato Iblis tadi, Jin Kafir berkata :
"Wahai Tuanku... Bagaimana bila mereka berjumpa dengan orang -orang yang shaleh yang mewariskan ilmu dari para nabi dan mereka mengambil ilmu dari orang-orang shaleh tersebut??!!" Sela Jin Kafir.

Mendapatkan pertanyaan seperti ini, Iblis terdiam cukup lama.. hingga membuat resah anak buahnya. Tetapi kemudian...

"Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh, bisikkan gosip-gosip dan percakapan tidak berarti, sehingga percakapan mereka tidak berdampak apa-apa. Tumbuhkan rasa benci di dalam hati mereka kepada Ulama Ahlul Hadits, karena bila mereka telah mempercayai ulama ahlul hadits, tipu daya kita akan menjadi sia-sia".

"Isi kehidupan mereka dengan keindahan-keindahan semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah dengan mendatangi majelis-majelis yang mengajarkan betapa pentingnya ilmu sebelum berkata dan beramal."

"Dan dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan/kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat (bukan atas izin Allah)."

"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL."
"INI ADALAH RENCANA YANG BAGUS."

Iblis sangat bersemangat dengan pidato yang dia sampaikan kepada anak buahnya tadi.. dan Iblispun mendapatkan TEPUK TANGAN meriah dari anak buahnya. Iblis, syaitan dan jin Kafir kemudian pergi dengan penuh semangat melakukan tugas, yaitu

"MEMBUAT MUSLIM MENJADI LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT, DAN SENANG HURA-HURA".
"Dan hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta."
"Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahim dan saling mengingatkan akan Allah dan RasulNya".

Sekarang pertanyaan kita adalah, "APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL???"


Jawabannya : "KITALAH YANG MENENTUKAN!!!"

Sunday, November 16, 2014

Depan Belakang Kokoh, Tengah Roboh


SANTRI MENYAPA DUNIA 
                Dalam sebuah kepemimpinan ataupun organisai, lembaga dan sebagainya. Amatlah penting sebuah pembagian tugas (Job Description), karena semua itu akan menentukan kinerja lembaga tersebut kedepannya, yang barang tentu berdampak pula pada hasil atau output yang dihasilkan oleh lembaga tersebut.
                Dalam beberapa kepanitiaan dan organisasi yang pernah saya alami, para pengurus dalam organisasi tersebut hampir semuanya memiliki strata ilmu dan karakter masing – masing yang berbeda, yang kesemuanya itu tak bisa dipaksakan untuk berbuat sekehendak sang ketua, karena itu memang sudah menjadi watak masing – masing.
                Misalnya dalam suatu organisasi ada beberapa individu yang lebih memilih bekerja dengan menggunakan alat elektronik semacam computer, laptop, dsb. Adapula yang lebih suka langsung terjun ke lapangan, pada umumnya orang yang lebih memilih bekerja dengan computer akan merasa adanya sedikit ketidakcocokan atau bahkan kesulitan saat harus bekerja secara langsung di lapangan, begitupun sebaliknya.
                Pemaparan diatas adalah merupakan permasalahan yang sudah begitu lumrah dalam suatu organisasi, namun solusi terbaiknya, kedua tipe orang ini harus mau meningkatkan kualitas diri agar mampu dan harus mampu diletakan dimana saja, jangan sampai menjadi ketergantungan dan hanya mampu bekerja setengah – setengah saja. Dalam suatu lomba saja jika sudah bicara masalah pembukaan dan penutupan suatu kegiatan atau perlombaan, semangatnya bukan maen, tapi kalu sudah membahas tentang rentang waktu antara pembukaan sampai dengan penutupan, (pelaksanaan kegiatan) yang notabenenya adalah bagian paling penting dalam suatu kegiatan karena selain berisi pendidikan, hal tersebut merupakan substansi dari lomba tersebut. Malah tidak bertugas dengan profesional dengan alasan merasa lebih suka bekerja secara langsung di lapangan ataupun dengan komputer. “Depan Belakang Kokoh, Tengah Roboh”, agaknya, kalimat ini cocok kita singgungkan.

                Maka dari itu, kita harus menyadari akan pentingnya peran seorang organisatori yang handal dan mampu bertugas di segala medan,. Mari benhi diri dan jiwa kita, demi karakter kepemimpinan kita di masa depan.

Saturday, November 15, 2014

Finding “Bejo”


Santri Menyapa Dunia

           Seringkali terdengar orang bicara, bahwa orang yang malas itu kalah dengan orang yang pintar, yang pintar juga kalah dengan orang yang rajin, dan lantas siapa yang akan mengalahkan orang yang rajin, jawaban  yang cukup ‘ngena’ adalah wong bejo, ya merekalah orang – orang yang bersampingan hidup dengan Dewi Fortuna dan keberuntungan.
        Sebenarnya, tidak ada hal yang terjadi di dunia ini yang murni berasal dari sebuah kebejoan. Memang jika di pandang secara kasat mata, akan terlihat bahwa faktor keberuntunganlah yang menjadi penentu utamanya, namun tidak seperti itu nyatanya,
          Misal saja, dalam suatu tes masuk universitas negeri, ada dua orang laki – laki yang jika dinilai dalam hasil ujiannya amat berbeda, tapi pada hasil pengumunan akhir, justru yang nilainya lebih rendahlah yang menang. Contoh lain, seseorang yang tidak pernah menjadi juara kelas, tiba - tiba saat akhir tahun, dia terpilih sebagai juara kelas. Aneh.
           Tapi semuanya itu bukan tidak mungkin, tapi semua bisa terjadi kapanpun.
          Faktor bejokah yang menjadi sebabnya ? Saya kira tidak, bejo atau keberuntungan ini amatlah mudah untuk kita dapatkan sebenarnya, hanya dengan satu kata, “Tawakkal” artinya tetap berusaha dan berdoa, hanya tinggal menggelar sejadah dan beramal setelahnya, dewi fortuna sudah pasti menghampiri.
         Walau seseorang bisa dibilang rendah strata ilmu pengetahuannya, tapi bisa menjadi juara di kelasnya, mungkin dalam hal pelajaran yang pintar bisa dipastikan lebih unggul, tapi dalam hal peribadatan, mungkin saja yang bodoh itu lebih giat, lebih sering meminta, yang membuatnya percaya bahwa tiada yang tidak mungkin.

         Dengan penjabaran di atas, baru kita pahami bahwa bejo itu bukan diharap atau ditunggu, tapi dicari lewat usaha dan doa. Tak pernah ada hal di dunia ini yang bisa di dapat dengan cuma - cuma, adapun semua itu sejatinya merupakan suatu balasan dari sang Maha Kuasa, atas kerja kerasnya, andai kata ada sesuatu yang mudah memberikan keuntungan pada kita, namun belum jelas asal usaulnya, maka sebaiknya kita mencari sesuatu lain, yang jelas hasil usahanya walau sedikit berat dalam pelaksanaanya, jangan pernah takut, karena Allah selalu dan akan terus menjadi maha adil untuk memberikan ganjaran dan balasan yang stimpal atas pekerjaan kita di dunia ini

Thursday, November 13, 2014

Maju Mundur si "Nenek Tua"





Santri Menyapa Dunia
                “Maafin aku Yang… tadi pulang duluan…”, sebuah status yang bisa dibilang ‘Lebay’ ini, gak sengaja aku baca di salah satu wall fb, milik seseorang yang pernah menjadi santri di Pondokku. Ya sama siapa lagi kalo udah manggil pake ‘Ayang - ayangan’, kalo bukan sama pacarnya.
                Zaman emang makin berkembang, handphone makin canggih, kendaraan makin canggih, teknologi juga makin canggih, hampir semua aspek di bumi ini ngalamin yang namanya KEMAJUAN bin KECANGGIHAN, walau serba maju, semuanya tetep punya sisi positif ama negatifnya, kagak bisa lepas. Buat masalah yang kayak gitu emang dirasain banyak banget manfaatnya, asalkan kita menggunakan sesuai ama koridor kegunaan masing – masing aspek.
                Di atas tadi disebutin yang ngalamin kemajuan itu hampir semua aspek kehidupan, nah salah satu aspek yang paling dominan itu aspek ‘Sosiokultural’nya. Kenapa sebabnya ? Yuk kita bahas !
                Kakekku usianya 78 tahun, saat aku Tanya – Tanya masalah gimana kehidupan anak muda zaman dulu, beliau hanya jawab “kalo dulu sih semuanya pada punya kemaluan besar…gak kaya sekarang…”. Kehidupan dulu emang belum begitu ‘rame’ kaya sekarang ini, masih ada rasa malu yang bisa membuat si rame jadi diem.
Kalo diklasifikasiin, rame hari ini punya banyak macem, ada yang rame pada megang hp, rame pada telponan, rame pada browsing, rame pada jalan bareng cewek cowok, rame – rame pacaran, sampai ada yang rame - rame gak solat, semua ini makin rame gara – gara keseret ama kemajuan zaman. Miris.
“Gak ada loe, gak rame” kata iklan salah satu produsen rokok tanah air, dalam kenyataann keadaaan sosiokultural negeri ini, gak bisa dipungkiri emang, semua hal yang bisa nimbulin kejelekan, tanpa dicaripun udah pada dateeng sendiri. Salah satu aspek yang mulai terlupakan adalah ‘Kemajuan Ibadah’. Sebab ketidakmajuannya sih sepele ‘Orang – orang belum pada yakin sama balasan yang bakaalan di dapat dari setiap ibadahnya’.
“Buat apa solat tepat waktu, nyantay aja…. Buat apa puasa sunah, percuma ! Cuman buat laparr aja….buat apa…. Dan Buat apa….”, masalah ibadah emang bisa dibilang berat kalo gak dibarengi niat yang kuat, walau sejatinya setiap perintah atau tugas itu udah proporsional untuk setiap pelaksananya, tapi ya tetep aja kerasa berat, soalnya hadiah yang Allah janjikan gak langsung dibayar di tempat. (Emang di tilang polisi).
Banyak orang yang belum sadar kalo system Allah itu “Take and give” bukan sebaliknya, member dulu, bekerja dulu, berusaha dulu, baru metik hasilnya.
Jangan lupa sob, kemajuan ibadah itu juga penting, bukan masalah imbalan yang jadi tujuan, tapi bagaimana kita bisaa mencapai tujuan kita sebagai hamba-Nya dengan memajukan ibadah itu.
Majukaan ibadah ! Solat lebih tepat, solat sunah harus lebih rapat, puasa gak pernah telat, sedekah gak pernah terlambat.
Semoga Bermanfaat.

Wednesday, November 12, 2014

Hubungan Antara Hati Bersih & Petunjuk Al – Qur’an


Santri Menyapa Dunia

Firman Allah dalam Al – Qur’an
قُل ياايها الناس قد جاءكم الحق من ربكم فمن اهتدى فانما يهتدي لنفسه ومن ضل فانما يضل عليها وما انا عليكم بوكيل
Yanga artinya : “Katakanlah wahai Muhammad : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamukebenaran Al – Qur’an dari tuhanmu. Sebab itu, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu, untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu, akan mencelakakan dirinya sendiri, dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu” (Q.S Yunus : 108)
            Al-Qur’an adalah sebuah kitab, yang di dalamnya berisi petunjuk – petunjuk Allah. Banyak orang yang mendapatkan petunjuk darinya. Namun, tak sedikit pula, orang yang tidak memperoleh petunjuk darinya, melainkan kesesatanlah yang ia peroleh.
            Yang harus kita pertanyakan sekarang, kenapa bisa demikian ? Jawaban yang paling tepat adalah semua itu dikarenakan petunjuk dalam Al – Qur’an bersifat netral. Tergantung pada kondisi hati, saat seseorang membaca dan memahaminya.
            Jika dalam hati kita ada keinginan dan niatan yang tulus untuk dapat memperoleh petunjuk kebaikan darinya, maka Al – Qur’anpun akan menjadi buku petunjuk yang luar biasa dalam mencapai kebaikan dan kebahagiaan. Semakin besar niatan kita, semakin bersih hati kita, maka semakin banyak pula petunjuk yang akan kita peroleh dari-Nya.
            Saat ada sebuah pertanyaan, tentang apa hubunganya kebersihan hati dengan kemudahan mendapat petunjuk Al- Qur’an ? Sebuah perumpamaan yang amat sederhana, saya rasa tepat untuk menjawab pertanyaan ini, yaitu : “Jika kita umpamakan, hati itu seperti sebuah gelas dan petunjuk itu suci seperti air susu. Sekarang, kalau kita fikir dengan logika kita, apakah pantas sebuah gelas yang kotor, kita pakai sebagai tempat menuangkan air susu.”
            Begitulah sifat petunjuk Al – Qur’an, petunjuk tang terkadang dapat menjadi penambah bagi keimanan, dan terkadang dapat menjadi kesesatan untuk menjauhi Allah SWT. Semua bermuaraa pada satu permasalahan, yaitu : apakah kotor atau bahkan berpenyakitkah hati kita ?
Penyakit – penyakit hati yang dapat menjauhkan kita dari petunjuk Al – Qur’an adalah : kesombongan, kezoliman dan keserakahan.
Saat seorang memiliki sifat serakah, dia hanya mengambil ayat Al – Qur’an, sesuai dengan kepentingan pribadinya saja, ayat yang ia anggap penting, ia ambil, dan ayat yang ia anggap tidak penting baginya, ia singkirkan.
Sedangkan kezaliman dan kesombongan, 2 sifat ini akan mengunci hati, setiap orang yang terus memelihara keduanya, jauh dalam hati masing - masing. Harus kita perhatikan, banyak orang yang hafal Al – Qur’an, pintarberbahasa arab, mengerti dengan makna dalam setiap ayatnya. Akibat kesombongan, setiap kali mereka membaca ayat demai ayat Al – Qur’an, tak pernah sedikitpun terdetik kesadaran dalam hatinya. Dan akibat kezoliman, semakin sedikitlah waktu yang ia gunakan untuk membaca, menela’ah, dan memahami Al – Qur’an dengan sebaik  - baik mungkin, dalam setiap harinya.
            Yang harus kita ingat, bahwasanya kunci utama dalam memperoleh petunjuk Allah lewat Al – Qur’an, bukanlah hanya terletak kedalaman ilmu pengetahuannya, siapa pembacanya, seberapa banyak hafalannya, seberapa mahir berbahasa arabnya. Melainkan pada sikap rendah hatinya, semakin tawadu kepada Allah, itulah orang – orang yang akan memperoleh petunjuk dari-Nya.
Firman Allah
انما المؤمنون الذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم واذا تليت عليهم ايته زاذتهم ايماناوعلى ربهم يتوكلون
Yang artinya : “Sesungguhnya orang – orang yang beriman itu, adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepadanya ayat – ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan hanya kepada tuhannyalah mereka bertawaqakkal” (Q.S Al – Anfal : 2)
            Semoga kita termasuk kedalam barisan orang – orang yang mendapat petunjuk dari-Nya.
Dan juga termasuk kedalam golongan orang – orang yang bergetar hatinya ketika ingat kepada Allah.
Orang – orang yang tersungkur sujud sambil berlinangan air mata ketika di bacakan ayat – ayatnya.
Orang – orang yang semakin khusyu jiwanya, ketika berdzikir kepada-Nya 
الا بذكر الله تطمئن القلوب

Teruntuk Kawan (Catatan Sang Pemimpi)


Santri Menyapa Dunia
Teruntuk Kawan
(Catatan Sang Pemimpi)

Rantai yang kokohpun mungkin bisa terputus dengan mudahnya saat tertimpa bongkahan lahar yang terpental dari letusan gunung berapi. Mungkin inilah perumpamaan yang selalu orang sampaikan saat dia mengeluh dengan masalah yang dihadapinya atau perumpamaan ini diungkapkan oleh orang yang mengatakan bahwasanya setiap hal di muka bumi ini memiliki batasan – batasan tertentu.
Namun, bagiku perumpamaan tersebut tidak pantas disandarkan pada temanku yang satu ini, salah satu teman dekat yang kebetulan memiliki cita – cita sama denganku. Teman yang sama – sama pernah berada dalam kelamnya dunia luar dengan segala pernak – perniknya yang mungkin semua itu telah kita coba.
Beginilah skenario sang Khalik kawan, tak pernah kusangka orang seperti aku dan kamu, bisa masuk ke dalam sebuah penjara suci (Pondok Pesantren) “Kawah Candra Dimoka”. Begitulah biasanya para Asatidz memberikan sebutan pada tempat kita berada sekarang. Cinta Allah yang amat tidak terbatas bagi seluruh umatnya, kembali harus kita syukuri karena dengan cintanyalah hati kita dapat menemukan setitik cahaya penerang yang menerangi hati kita, hati yang dulunya pernah tertidur bertahun – tahun lamanya.
Sekarang kamu telah mengambil jalan baru untuk mengais ilmu di pondok tahfidz, semoga di sana kamu bisa benar – benar hafal dan faham dari setiap ayat yang termaktub dalam kitab yang paling kita cintai, Al Qur’an Al – Karim. Aku akan tetap di sini, tapi bukan berarti aku tidak mau menjadi sepertimu bercita – cita menjadi seorang Mufassir Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, aku akan tetap berusaha untuk terus menghafal ayat demi ayat dari kitab-Nya.
Kawan satu hal yang harus kamu camkan.
Aku menunggumu di depan pintu gerbang Universitas Al – Azhar, Cairo (walau tak tahu kapan ?). Mari kita masuk jurusan Ushuluddin (Tafsir Hadist), kita kuras seluruh ilmunya. Semoga dengan menimba ilmu di sana kita dapat menjadi salah satu cahaya dalam Islam, pejuang Allah yang loyal dan selalu siap untuk membimbing diri pribadi, keluarga dan umat menuju jalan yang di ridhoi-Nya.
Kasih sayang  Allah tidak akan pernah terputus untuk seluruh umat-Nya, begitu pula untuk para pencari ilmu kawan, semoga Allah memberikan kita kemudahan dalam meraih cita – cita untuk bisa menimba ilmu di tanah para Nabi tersebut. Amin.
Sabar, yakin, istiqomah, bersungguh – sungguh, oportunis dalam bertafaqquh…..
Inilah beberapa sifat yang harus kita pupuk mulai dari sekarang.
“In Tanshurulloha Yanshurukum Wayutsabit Aqdamakum”
Semoga Allah memberikan kita yang terbaik dan kesempatan untuk bisa menjadi pejuang Islam bersama – sama orang yang bersungguh dalam memperjuangkan Islam dengan bertafaqquh di negeri para Nabi. Mesir.


‘Ala hadihi niah Assholihah, Lana … Al – Fatihah

Auto Biografi Singkat Seorang Pemimpi, Prof. DR. KH. N. Fazri, Lc., MA. Pantaskah Ku Sebut Ini Catatan Kelam Sang Pemimpi


Santri Menyapa Dunia

Oleh : Kang Fazri, Sang Pemimpi yang pernah dan masih terus percaya dengan semua mimpinya
                                Untuk menjadi seorang Prof. DR. KH. N. Fazri, Lc., MA.

            Ku buka seutas tali kisah hidup ini, dengan hanya mengharap ridho ilahi, Allah SWT, dan syafa’at dari jungjungan nabi agung Muhammad SAW.

1.     Masa Kecil

            Aku terlahir pada hari senin, 14 februari 1994, saat itu bertepatan dengan terbitnya sang fajar, maka dengan kejadian itu, ayahku berkeinginan untuk menamaiku dengan cahaya fajar, namun, karena kebetulan saat itu ada kakekku, beliau mengusulkan pada ayahku, untuk menenrjemahkan namaku ke dalam bahas arab, mulai saat itulah seorang bayi mungil dengan tangis yang begitu ingar biingarnya memiliki nama Nurul Fazri
Yang aku ingat, saat aku lahir aku memiliki 2 gigi depan, dan satu tai lalat besar di bawah ketiak kiriku, sejak kecil aku hidup dalam sebuah keluarga sederhana, ayahku seorang penjahit topi, dan ibuku seorang ibu rumah tangga, ayahku memiliki tempramen keras, sama sperti ibuku, sejak kecil aku terbiasa mendapat gamparan, cubitan dari kedua orang tuaku terutama ayah, bahkan sering kali kau kencing saat mendapat satu gamparan keras dari yahku, masalahnya saat itu aku senang memberhentikan para pedagang yang lewat d depan rumahku, tanpa berfikir adakah sepeser uang dalam rumahku, maka dari itu ibu dan ayah pasti memarahaiku.
            Dua bulan sebelum aku masuk bangku Sekolah Dasar, aku pernah bilang dengan cadelnya kepada ibuku “Ma nu ulangmah tipina oge meuni halalideng jeng balalodas wungkulnya, ali nu btulmah wlna walni si Ma” (Ma, punya kitmah tvnya cuman hitam putih aja, kalo yang lain mah warna warni lo Ma), aku aneh melihat ibuku yang tiba menangis tersedu, dan langsung memeluk dan menciumku kepalaku, tanpa pikir kenpa akupun kembali membicarakan satu masalah dengan bahasa cadelku “Ma telus imah ulang mah mun hujan teh tilelep Ma, Ulang luhulan yu Ma, di ganjel ku batu, kan loba batu d halepen imah” (MA, terus rumah kita tuh kalo ujan pasti kebanjiran, kita atasin yu ma, kita kasih batu bawahnya, kan banyak batu di depan rumah), tambah eratlah pelukan ibuku, hangat tetesan air mata yang menetes dan mengenai pundakku begitu terasa aneh di hatiku, saat itu aku hanya berfikir polos saja tanpa mengerti dengan perasaan ibuku.
            Sebulan kemudian, tanpa aku ketahui sebelumnya rencana ibuku untuk menjadi seorang TKW d Arab Saudi, ibukupun pergi dengan tekad ingin mewujudkan keinginanku tadi, mulai saat itu aku mrasa bgitu kehilangan sosok yang aku cinta, dan menyayangi aku.
Tibalah hari pertama aku masuk sekolah, saat itu yang mengantarkanku adalah kakak perempuanku yang masih duduk di bangku kelas 2 smp, aku bingung dan merasa sedih, karena kulihat semua anak di antar oleh ibu bapanya. Dan kulihat semua berpakaian rapi dengan muka yang penuh oleh balutan bedak anak, hanya aku saja yag diantar oleh kakak, dengan pakaian kusut tanpa sedikitpun bedak yang terpoles  di wajah mungilku, saat itu rambutku poni. Selang lima menit, kakak perempuankupun pamit karena diapun harus sekolah, itulah hari pertama sekolahku yang begitu menyedihkan, tanpa satupun keluarga yang ada di sampingku, ibu di Arab, ayah  Jakarta, dan kakak di sekolah.
Dalam keseharianku, aku hanya hidup berdua dengan kakakku, karena ayah hanya pulang seminggu sekali, setiap tahun kenaikan kelas, ayah pasti  pulang, aku ingat saat itu aku selalu menjadi juara satu di kelas dan maju ke panggung untuk menerima hadiah, dengan ditemani ayahku tercinta, yang hanya menemaniku sampai pembagian hadiah saja, karena harus segera mngambil raport punya kakaku d SMP, yang juga sedang melaksanakan acara kenaikan kelas. Akupun langsung pulang ke rumah menunggu mereka berdua dating.
Tiga tahun berlalu, rumahku yang dulunya sering terkena banjir yang juga mungkin, akan roboh walau hanya terkena sedikit tiupan angin, mulai di renovasi dan menjadi lebih layak.
Saat di kelas 4 awal ibuku pulang, beberapa bulan ekonomi keluarga kamim mulai membaik hanya beberapa bulan saja karena setelah itu, banyak sekali musibah yang menimpa keluarga kami terutama, ibuku sakit parahlah pdhal sat itu ibu mngandung adikku, tak hanya itu cobaanpun datang dari beberapa tetangga dengan cercaan, hinaan, entah apa salah keluarga kami, sampai - sampai di depan rumah kami ada sebuah benteng tinggi yang sengaja dibangun dengan niat menutup rumah kami, mulai saat itulah ekonomi keluargaku menurun lagi, dan kembali lagi ke menu makan idaaman nasi uyah (nasi pake garem), dan ayahkupun tidak lagi bekerja di Jakarta, beliau hanya bekerja d salah satu konveksi milik tetangga.
Sejak kelas 5 SD, keadaan ekonomi keluarga amat memprihatinkan, hampir saja membuat sekolahku terputus, melihat kondisi itu, akhirnya aku memutuskan untuk mncari uang sendiri untuk biaya sekolah, dengan menjadi seorang penjahit.
Selama 3 blan aku mulai belajar menjahit topi, Aku masih ingat, gaji pertamaku adalah 20 ribu rupiah kubelikan satu kaos berwarna merah ati, karena akau hanya memakai kaos itu – itu saja, dengan harga 15 ribu, sisanya kuberikan pada ibuku. Mulai saat itu, aku jauh dari keluarga, karena aku sepulang sekolah langsung kerja, plang sore, setelah isya brangkat lagi, dan tidur di tempat kerja (lembur).
Dunia yang sdikit berbedapun mulai aku masuki, disinilah aku mulai mngenal rokok dan perempuan, Karen abgiku 2 hal inilah yang dapat memberikan kasih saying padaku, membayar rasa dahagaku terhadap kasih saying keluarga.
Aku mulai bekerja sejak kelas 5 SD sampai kelas 3 SMP, ya dengan berbagai liku tentunya, pernah di tmpeleng karena kerjaan kurang bener, pernah gaji di tahan, yang paling menyedihkan saat aku mnghadapi UAN SMP tahun 2009, kebetulan saat itu adalah hari pasar, hari di mana topi dipasarkan, dengan teganya bosku berkata “hari ini harus lembur, harus selesai” akhirnya dengan berat hati, aku lembur sampai pulang jam 2 malam setiap harinya, di saat hari – hari pelaksanaan UAN.
Saat duduk di bangku SMPlah aku mulai lebih dekat dengan prempuan, karena mereka yang bisa mengerti aku, bisa sayang padaku, namun karena cinta yang tidak di dasari asas islami, akhirnya makna suci cintpun berubah menjadi nafsu, mungkin jika ditanya mengenai semua bagian permpuan, semuanya sudah pernah aku sentuh, remas, bahkan aku jilat, tapi setiap aku hendak melakukan lebih dri itu, selalu saja mereka sedang menstrubasi. Alhamsulillah
Selulus dari SMP aku mncoba masuk ke sebuah SMK negeri jurusan mesin, kebetulan saat itu aku diterima. Namun, seminggu setelah itu, aku masuk Pndok atas keinginan ibu tecinnta dengan tangisan harunya, yang membuat keinginan kerasku lunak seketika.
Tanggal 6 juli 2009, aku masuk pondok, diantar oleh keluargaku dengan menyewa mobil panter milik tetangga, kita smpai kira – kira  jam 4 pagi dan keluargaku langsung pulang jam 11 siang, karrena takut akan membuat sewa mobil semakn membengkak. Air matakupun melelh saat itu.
Saat itu, ayahku beralih profesi dengan menjadi seorang pedagang pisang seperti kakekku, tahun pertma aku marasa bgitu berat menjalani semua aktivitas, karena aku harus mengikuti segala macam bentuk peraturan yang terasa begitu mengekang.
Pada tahun pertama belum ada sedikitpun perubahaan kurasa, namun setelah masuk di tahun ke dua aku mulai mendapatkaan banyak  titik trang yang menempel dalam hati, mulai saat itu aku belajar solat dan membaca alqur’an kepada wali kelasku, yang tanpa sedikitpun ragu menyebut aku dengan sebutan Goblok !, ditahun inilah aku mulai belajar untuk memahami arti hidup dan orang tua.

2.     Keinginan Untuk Menimba Ilmu di Tanah Para Nabi

Keinginan untuk menimba ilmu di mesir mulai tumbuh saat aku menonton film KCB di pondok, mulailah aku mencari sedikit informasi tentang mesir, setelah tahu betapa susah syaratnya, aku mulai ragu dan berfikir “aku ngafalin manjada wajada aja sampai seharian, apa lagi harus ngafalin 3 juz sking fikiran ini tllu kotor isinya, aku mlai mngurungkan niatku dan mmilih kliah d pondo, udahlah mending kuliah di pondok aja”.
Pertengahan kelas 5 setelah aku dengar ada kakak kelasku yang ingin melanjutkan studinya ke mesir aku mulai menetapkan kembali mesir sebagai perkuliahanku setelah d pondok dengan tekad, tidak maau S1 kecuai di mesir. Mulai dari pertengahan kelas 5 inilah aku menghafal alqur’an dengan target sehari 2 ayat, kerena memang kemampuan hafalanku sangat lemah, karena masih tersimpan ribuan file kotor dalam otakku, akhirnya d pertengahan kelas 6, ahu hafal 3 juz (1,2,30).
Saat itulah aku mulai mencatat semua mimpiku, mencari foto – foto bangunan mesir dan menempelkannya didepan lemariku, saat itu juga aku percaya bahwa masa depan itu bsa kita tentukan dengan doa, usaha, kemauan dan istiqomah. Beberapa contoh tulisan didepan lemariku adalah

What you get, is what you believe and dream

Prof. DR. KH. N. Fazri, Lc., MA.

Dunia…
Mungkin di matamu…. aku ini seperti orang gila, yang tak pernah mau menerima kenyataan, yang hanya bisa bermimpi, yang hanya bisa tertawa.
Keyakinanku, selalu berkata padaku ”bermimpilah Yuy… maka Allah akan memeluk mimpi – mimpimu”….
Tak jarang aku putus asa, aku kehilangan keyakinanku, aku takut tak bisa menggapai mimpiku, aku sangat ketakutan.
Tapi saat aku mengingat betapa besar kekuasaan-Nya, semua rasa itu… rasa takutku… hilang seketika.
Aku yakin betul, bahwa Dialah satu – satunya penolong yang dapat menyelamatkan keyakinanku….. untuk tidak pernah berhenti bermimpi.
“Yuy…. Ingatlah… Kalau orang sepertimu tak mau bermimpi dan memiliki harapan, bersiap – siaplah untuk segera mati… ”

Berbagai macam rintangan mulai dating, dan berusaha untuk menggoyahkan keinginan, mulai dari orang  tua yang kurang setuju, ditawari untuk mengabdi di pondok, semuanya ku tolak, bahkan akupun tidak mendaftarkan diri untuk mengikuti SMPTN, Lipia, dsb. Dalam benakku jika satu langkah saja aku belok, sama saja mengurangi kepercayaan 100 % ku terhadap mesir, karena aku gak  mau berkurang 1 persenpun keinginanku untuk belajar disana, bagiku tidak ada cadangan, adanya keyakinan, saat aku mendapat masukan untuk salat istikhoroh, akau tidak melakssankannya, karena saking yakinnya.
Salah satu cobaan yang hampir saja mengendorkan semangatku, adalah saat menunggu pendaftarran dibuka. Karena pada tahun ini pendaftaran ditunda sebulan. Yakinku, allah sedang menguji kesungguhan kami (para pemimpi) untuk menimba ilmu di mesir, ternyata benar setelah kami menyerahkan semuany pada Allah, dengan menangis dalam setiap tahajud, tak berapa lama pendaftaranpun dibuka dengan hati gerimis, oleh butir – butir syukur pada Allah, kamipun berbondong – bonding mendaftar.
Sebulan setelah pendaftran, aku pergi ke Jakarta, untuk mnyerahkan semua persyaratan di Kemenag pusat. Mulailah hari – hai yang serba keras, ibadah keras, doa keras, belajar keras, sabar keras dan usaha keras.

3.     Allahlah yang Menentukan

Kabar itupun tiba, pagi – pagi sekali kawanku dari Jakarta mengabariku bahwa tes di undur, aku masih belum bisa percaya, namun karna ingin info yang lebih jelas aku pergi ke Jakarta lagi dan memastikan kebenaran berita itu, ternyata memang benar, husnudzonku, Allah kembali menguji para pencarinya.
Namun selang beberapa lama kemudian berita terburukpun datang,  2 TAHUN INI TIDAK ADA SELEKSI MASUK AL - AZHAR, bagai di sayat jutaan sembilu, bagai ada jutaan petir menderu, aku trsungkur di depan laptop di rumah kakakku d Jakarta, segera ku mengamil wudu dan solat 2 rokaat, ku menangis sejadi - jadinya, betapa indah kasihmu ya rabb, entah ada hikmah apa di balik semua ini, yang jelas aku hanya yakin, bahwa scenario Allahlah yang terbaik. Dialah yang maha tahu.
Setelah itu, Akupun mulai mencari informasi mengenai pondok tahfidz, yang gratis, karena sebenarnya salah satu tujuanku masuk mesir, adalah, aku ingin saat aku kuliah kedua orang tuaku sudah terlepas dari beban untuk membiayai kuliahku, sering sekali aku mendengar beliau berdua mengeluah masalah biayaku, akau sedikit paham dengan rasa sulitnya mencari uang, karena 4 tahun aku pernah menjadi seorang kuli. Setelah ku datangi satu persatu pndok – pondok itu, tak satupun ada yang mau menerima, dengan alasan pendaftaran sudah di tutup, walau aku sebutkan semua alasanku, tetap saja tak sedikitpun membantu.
Akhirnya keluargaku sepakat untuk mengembalikanku ke tanah kelahiranku, kelahiran hatiku, tanah kecintaanku, yang telah banyak merubah hidup dan cara hidupku, Ngabarku. Dengan tekad yang taak kalah kuat dengan cinta dan tekadku pada cairo, aku barejanji pada kedua orang tuaku, aku akan berusaha untuk meringankan beban biaya kedua orang tuaku, dengan kuliah sambil bekerja, menulis, dan terus memebaca.
Akau tetap percaya dengan mottoku, what you get is what you believe and dream, walaupun ragaku di Ngabar, tapi sesungguhnya hatiku di Cairo, tunggu aku Cairo, aku janji S2ku di Cairo
Walau secara lahiriyah akau lulusan IAIRM nantinya, insya allah dengan mengharap ridho Allah, akau akan berusaha, menjadikan batiniyah dan fikriyahku seperti lulusan Al-Azhar Cairo.


Salam sejuta mimpi !!!
Prof. DR. KH. N. Fazri, S.HI., Lc., MA.

Monday, November 10, 2014

POROS PERGERAKAN HUKUM ISLAM


SANTRI MENYAPA DUNIA

Oleh : Nurul Fazri

BAB I
A.      Latar Belakang Masalah
Semangat kemajuan seolah tak ada habis – habisnya, mengingat perkembangan zaman yang teramat pesat, membuat semua sektor kehidupan seolah berlomba untuk mengejar prestasi, berbagai aspek juga mulai berkembang, seperti : pendidikan, teknologi, kesehatan dan lain sebagainya. Namun, ada beberapa aspek yang sampai sekarang seolah tidak terlalu dihiraukan, semua hanya berdasar pada penalaran saja.      
Berkembangnya zaman, ternyata tidak serta merta menjadikan seluruh umat islam mengerti akan landasan utama dalam nilai – nilai islam, masih banyak orang lebih percaya terhadap pendapat seorang guru Ngaji, Ustadz, Kyai dan lain sebagainya dalam pencarian sebuah pemecahan masalah. Orang - orang seolah puas dan begitu yakin atas keabsahan pendapat mereka, tanpa berusaha mencari tahu, dari mana sumber yang mereka gunakan untuk memberikan pendapat.
Berdasarkan uraian di atas, makalah ini hendak memaparkan kegelisahan pemakalah seputar kehidupan masyarakat yang seolah membutuhkan sebuah pembenaran sekaligus pengarahan terhadap penjabaran mengenai landasan utama dalam nilai – nilai islam.
 
B.       Rumusan Masalah
1.      Mengapa mayoritas umat islam tetap tidak mengerti dengan landasan utama dalam nilai – nilai Islam ?
2.      Apa sajakah landasan utama dalam nilai – nilai Islam itu ?
3.      Bagaimanakah cara mengarahkan masyarakat agar menjadikan landasan utama dalam nilai – nilai Islam, sebagai solusi terbaik dalam pemecahan masalah ?
 
C.      Tujuan penulisan
1.      Untuk menjelaskan sebab ketidakmengertian umat Islam terhadap landasan utama dalam nilai – nilaai Islam.
2.      Untuk menyebutkan sekaligus menjelasakan apa sajakah landasan ustama dalam nilai – nilai islam itu.
3.      Untuk memaparkan bagaimana caranya mengarahkan masyarakat dalam pengukuhan landasan utama sebagai pedoman hidup msayarakat.

BAB II
POROS PERGERAKAN HUKUM ISLAM

A.      Pengertian Hukum Islam
Secara umum Hukum Islam biasa juga disebut hukum syara’ yang terbagai kedalam lima  bagian[1], yaitu :
1.      Wajib yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.
Wajib atau fardhu itu dibagi menjadi dua bagian :
a.       Wajib ‘ain yaitu yang mesti dikerjakan oleh setiap orang yang mukallaf[2] sendiri, seperti shalat yang lima waktu, puasa dan sebagainya.
b.      Wajib kifayah yaitu suatu kewajiban yang telah dianggap cukup apabila telah dikerjakan oleh sebagian dari orang – orang mukallaf. Dan berdosalah seluruhnya jika tidak seorangpun dari mereka mengerjakannya, seperti menyalatkan mayit dan menguburkannya.
2.      Sunnah yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Sunnah dibagi menjadi dua :
a.       Sunnah mu’akkad yaitu sunah yang sangat dianjurkan mengerjakannya seperti shalat tarawih, shalat dua hari raya, dan sebagainya.
b.      Sunnah ghairu mu’akkad yaitu sunah biasa.
3.      Haram yaitu suatu perkara yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika dikerjakaan mendapat dosa, seperti minum – minuman keras, berdansa, mendurhakai orang tua dan sebagainya.
4.      Makruh yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila ditinggalkan mendapat pahala, seperti makan petai, bawang mentah dan sebagainya.
5.      Mubah yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan tidak mendapat pahala dan tidak berdosa, dan jika ditingggalkan juga tidak berdosa dan tidak mendapat pahala.

B.       Sumber Hukum Islam
Sumber hukum islam adalah rujukan atau landasan peraturan dan nilai – nilai islam[3].“Wahai orang – orang yang beriman ! taatilah Allah dan taati rosul, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan Rosul. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.[4]
Rosululloh SAW. Bersabda, “Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang pada keduanya, yaitu kitabulloh dan sunnah”.[5]
Sebagaimana dijelaskan tadi, hukum islam adalah Al – Quran dan hadist.
1.      Al – Quran
Menurut bahasa, Al – Quran berasal dari kata qara’a yang artinya ‘bacaan’. Sedangkan, pengertian Al-Quran menurut istilah adalah kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat jibril.
Sungguh, kami telah menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, supaya engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena membela orang yang berkhianat.[6]
          Al-Quran adalah pedoman hidup bagi manusia agar ia hidup bahagia di dunia dan di akhirat[7]. Selain itu, Al – Quran juga ber fungsi sebagai :
a.       Petunjuk;
b.      Sebagai pembeda antara yang benar dan salah;
c.       Menentramkan hati bagi orang yang bertaqwa;
d.      Pengingat.
2.      Hadist
Menurut bahasa, hadist artinya baru, dekat (qarb), atau berita (Khabar). Menurut istilah, hadist adalah perkataan, perbuatan, dan takrir[8] (ketetapan) Nabi Muhammad SAW. Sebagian orang menyebut hadis sebagi sunnah. Dalam pendekatan bahasa, sunnah artinya kebiasaan Rosululloh SAW yang berhubungan dengan ucapan, perbuatan, dan takrirnya.
a.       Kedudukan Hadist
Dalam hukum islam, hadist merupakan sumber hukum kedua, setelah Al-Quran. Hadist menjelaskan suatu perkara, sedangkan Al-Quran mengonfirmasinya. Firman-Nya, “Apa yang diberikan rosul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya baagimu, maka tinggalkanlah[9].
Dengan merujuk pada ayat di atas, kedudukan hadist sebagai sumber hukum islam yang kedua, dijabarkan sebagai berikut :
1)        Orang – orang yang beriman harus menaati perintah Rosul dan menjauhi larangannya.
2)        Rosul diberi wewenang untuk menjelasakan Al – Quran dalam hadistnya.
3)        Nilai kebenaran hadist bersifat Zhanni, sedangkan Al – Quran mutlak.
b.      Fungsi Hadist
Secara umum, fungsi hadist adalah sebagai berikut :
1)        Menjelaskan ayat – ayat dalam Al – Quran yang bersifat umum.
2)        Memperkuat pernyataan dalam Al – Quran
3)        Menerangkan maksud dan tujuan suatu ayat
c.       Kualitas Hadist
Berikut ini tingkatan hadist dilihat dari segi kualitasnya :
1)        Sahih[10]
2)        Hasan[11]
3)        Dhaif[12]
4)        Mutawatir[13]
5)        Ahad[14]
6)        Masyhur[15]
d.      Hadist Qudsi
Hadist Qudsi, yaitu yang diberitakan oleh Allah melalui ilham atau mimpi. Rosululloh menyampaikan kembali dalam bahasanya sendiri, dengan mengatakan “Allah berfirman….”
Berikut perbedaan Hadist Qudsi dan Al –Quran :
1)        Redaksi dan makna Al – Quran berasal dari Allah, sedangkan redaksi Hadist Qudsi berasal dari Rosululloh SAW.
2)        Al – Quran bersifat mutawatir (Shahih), sedangkan Hadist Qudsi bisa saja bersifat sahih, dhaif atau palsu.
3)        Membaca Al – Quran memiliki nilai ibadah yang khusus satu huruf sebanding satu kebaikan, dan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. 

BAB III
ANALISIS TERHADAP SUMBER HUKUM ISLAM
A.      Keberadaan Al – Quran dan Hadist sebagai sumber Hukum Islam
Secara umum, sumber hukum islam adalah Al – Qur’an dan Hadist, sebagaimana firman Allah, “Wahai orang – orang yang beriman ! taatilah Allah dan taati rosul, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan Rosul. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.[16]
Namun, jika kita runtut sesuai dengan sejarah perkembangan Islam dan keilmuannya, maka ada beberapa sumber yang harus kita kaji, mengingat banyak sekali permasalahan – permasalahan seputar keagamaan yang bermunculan pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, jika hanya berpedoman pada dua sumber saja, maka akan terjadi kerancuan dalam penentuan suatu hukum, yang masih memerlukan penafsiran dan kajian secara mendalam sesuai kondisi masyarakat.
Sumber – sumber lain itu, antara lain : Ijma’. Qiyas, Maslahah Mursalah, Istihsan, Istishab, Istidlal, ‘Urf, Saddudz Dzara’I, semua sumber ini terangkum dalam Ijtihad.   

B.       Ijtihad termasuk sumber Hukum Islam
Pengertian Ijtihad adalah berusaha dengan sungguh – sungguh untuk mengerjakan sesuatu yang sulit. Sedangkan menurut istilah ilmu fiqih, ijtihad adalah memikirkan sesuatu dengan sungguh – sungguh untuk menghasilkan suatu pendapat atau hukum berdasarkan Al – Quran dan Hadist. Orang yang berijtihad disebut Mujtahid.
1.      Syarat – syarat seorang Mujtahid :
a.         Mengetahui bahasa Arab karena Al – Quran dan hadist ditulis dengan bahasa Arab.
b.        Memhami Al – Quran dan Hadist secara mendalam.
c.         Memiliki ilmu penunjang lainnya.
d.        Mempunyai semangat pengabdian terhadap perkembangan Hukum Islam
e.         Ikhlas dan memiliki akhlak terpuji.
2.      Bentuk – bentuk Ijtihad
a.       Ijma’ adalah kesepakatan pendapat mujtahid pada suatu masa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Atas suatu perkara.
b.      Qiyas adalah mengukur atau menyamakan suatu kejadian yang belum ada nashnya, baik dalam Al-Quran ataupun Hadist, dengan suatu kejadian yang sudah ada atau jelas nash hukumnya.
c.       Mashlahah Mursalah adalah kebaikan yang tidak dikemukakan oleh syariat untuk mengerjakan atau meninggalkannya, tetapi kalau tidak dilaksanakan akan membawa kemaslahatan dan menghindari keburukan.
d.      Istihsan adalah menentukan solusi suatu masalah yang tidak dijelaskan secara terperinci dalam Al – Quran dan Hadist.
e.       Istishab adalah meneruskan berlakunya suatu hokum yang telah ada, sampai dalil lain yang mengubah keududkan hukum.
f.       Istidlal adalah menetapkan hukum suatu tindakan yang tidak disebut secara tegas dalam Al – Quran dan Hadist.
g.      ‘Urf adalah urusan yang disepakati oleh sekelompok orang dalam perkembangan hidupnya dan telah menjadi adat kebiasaan.
h.      Saddudz Dzara’I adalah pekerjaan – pekerjaan untuk menghindari keburukan.
3.      Fungsi dan Kedudukan Ijtihad
Keputusan hukum hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum islam yang ketiga setelah Al-Quran dan Hadist. Ia dapat juga disebut sumber hukum islam tambahan karena sumber hukum islam yang pokok adalah Al – Quran dan Hadist.
Kebenaran hukum hasil Ijtihad bersifat relatif atau nisbi, yaitu berubah – ubah bergantung pada situasi, kondisi, dan mempunyai kemungkinan hanya berlaku bagi seseorang, suatu kelompok, atau pada masa tertentu. Berbeda dengan hokum yang tercantum pada Al – Quran, nilai kebenarannya mutlak dan berlaku sepanjang masa.
Kualitas hukum hasil Ijtihad bergantung pada kemampuan mujtahid dalam berijtihad, sejauh mana ia memenuhi persyaratan sebagai mujtahid, sejauh mana kemampuan berpikirnya, dan sejauh mana dedikasinya terhadap perkembangan hukum islam.
  
BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Kurangnya kesadaran dalam menumbuhkan semangat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang agama islam, menjadikan setiap orang lebih menyukai pendapat – pendapat orang lain, sekaligus meyakininya sebagai kebenaran yang mutlak, tanpa ada suatu usaha pembuktian atas anggapan mutlak atau pembenaran tersebut, semua hanya di sandarkan terhadap orang yang dipandang mampu, dalam istilah islam hal seperti ini disebut “Taqlidu A’ma”.
2.      Sebagaimana firman Allah, hadist nabi dan pemaparan di atas, landasan utama dalam nilai – nilai Islam adalah : Al – Quran, Hadist dan Ijtihad.
3.      Menumbuhkan kesadaran dalam pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, dimulai dari generasi – generasi muda saat ini, yang masih menyimpan harapan begitu besar, jika kita berharap kepada generasi – generasi yang sudah memiliki usia, harapan dalam kesuksesan proses ini amatlah kecil.   
B.       Saran
Pemakalah berharap kepada seluruh pembaca, jika menemukan kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk dapat menyampaikan kepada pemakalah, karena ini termasuk kedalam bagian pengembangan ilmu pengetahuan, saran dan masukan anda sangat kami harapkan. 
C.      Daftar Pustaka
1.      Rifa’I, Mohammad. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Karya Toha Putra, 2011.
2.      Mulyani, Dewi. Buku Pintar Untuk Muslimah. Bandung: Mizania, 2012.
3.      Ajaj Al Khatib, Muhammad. Ushul Al-Hadist Pokok – Pokok Ilmu Hadist. Beirut: Dar Al-Fikr, 1998.



[1] Mohammad Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang:Karya Toha Saputra, 2011), 9.
[2] Mukallaf adalah orang muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan mejauhi larangan agama, karena telah dewasa dan dan berakal (akil baligh) serta telah mendengar seruan agama.
[3] Dewi Mulyani, Buku Pintar Untuk Muslimah (Bandung:Mizania, 2012), 183.
[4] Al – Qur’an, 4:59.
[5] HR. Bukhari dan Muslim
[6] Al – Quran, 4:105.
[7] Dewi Mulyani, Buku Pintar Untuk Muslimah (Bandung:Mizania, 2012), 186.
[8] Takrir adalah sikap Nabi membiarkan perkataan atau sikap sahabat. Sikap mendiamkan yang dilakukan Rosululloh tersebut menandakan bahwa beliau menyetujui perkataan atau sikap tersebut.
[9] Al – Quran, 59:7
[10] Sahih, yaitu hadist yang bersambung sanad-nya, perawinya adisl dan sempurna ingatannya.
[11] Hasan, yaitu hadist yang memenuhi syarat hadist sahih, bersambung sanadnya dengan orang – orang yang adil. Akan tetapi tingkat hafalabn atau daya ingat perawinya kurang.
[12] Dhaif, yaitu hadist yang tidak memenuhi syarat sebagai hadist sahih dan hasan.
[13] Mutawatir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi. Mereka melihat atau mendengar sendiri dengan jumlah yang banyak sehingga tidak memungkinkan perawi berdusta.
[14] Ahad, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh satu orang, dua atau lebih. Akan tetapi, derajat hadistnya tidak sampaikepada derajat muatawatir.
[15] Masyhur, yaitu hadist yang masuk golongan ahad. Hadist masyhur diriwayatkan oleh paling sedikit tiga perawi.
[16] Al – Qur’an, 4:59.