Monday, November 10, 2014

Ketika Iblis Membentangkan Sejadah


SANTRI MENYAPA DUNIA

Siang menjelang zuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan
hari itu hari Jumaat, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada di
dalam Masjid. Ia nampak begitu khusyuk.

Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk &
masuk dari segala penjuru, melalui jendela, pintu, ventilation atau
masuk melalui lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga
masuk melalui telinga, ke dalam saraf mata, ke dalam urat nadi, lalu
menggerakkan denyut jantung setiap para jemaah yang hadir. Iblis juga
melekat di setiap sejadah.

"Hai, Blis!", Kiyai berseru, ketika baru masuk ke Masjid itu.

Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiyai. Tidak perlu
kau melarang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang dalam
Masjid ini!", jawab Iblis marah.

Ini rumah Tuhan, Iblis! Tempat yang suci, kalau kau mahu mengganggu,
kau lakukan diluar nanti!", Kiyai coba mengusir.

"Kiyai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru".

Kiyai termangu.

"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu"

"Dengan apa?" tanya Kiyai.

"Dengan sejadah!" jawab Iblis

"Apa yang dapat kau lakukan dengan sejadah, Blis?"

"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sejadah.
Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka
akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah yang sedikit, demi
keuntungan besar!"

"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang
baru, Blis?"

"Bukan itu saja Kiyai..." tukas Iblis.

"Lalu?" Jawab Kiyai.

Iblis menjawab, "Saya juga akan masuk pada setiap designer sejadah.
Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para designer itu membuat sejadah
yang lebar-lebar"

"Untuk apa?" tukas Kiai.

"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap
kaum yang Kau pimpin, Kiyai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa,
masuk dalam barisan sholat. Dengan sejadah yang lebar maka barisan
shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya
dapat ikut membentangkan sejadah". jawab Iblis dengan yakin.

Dialog Iblis dan Kiyai terputus seketika.

Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sejadah. Keduanya
berdampingan. Salah seorang memiliki sejadah yang lebar. Sementara
yang seorang lagi, sejadahnya lebih kecil.

Orang yang punya sejadah lebar tanpa melihat kiri kanan terus sahaja
membentangkan sejadahnya. Sementara, orang yang mempunyai sejadah
lebih kecil, tidak sedap hati jika harus mendesak jemaah lain yang
sudah terlebih dahulu datang.

Tanpa berfikir panjang, pemilik sejadah kecil membentangkan saja
sejadahnya, sehingga sebahagian sejadah yang lebar tertutup
sepertiganya. Kemudian keduanya melakukan sholat sunnah.

"Nah, lihat itu Kiyai!", Iblis memulai dialog lagi.

"Yang mana?" Kiyai menjawab.

"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka mempunyai
sejadah yang berbeza ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara
mereka". Seru Iblis yang kemudian lenyap.

Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiyai hanya memperhatikan kedua
orang yang sedang melakukan sholat sunnah. Kiyai akan melihat
kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.

Pemilik sejadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sambil bangun
dari sujud, dia membuka sejadahya yang tertindih, lalu meletakkan
sejadahnya di atas sejadah yang kecil.

Hingga sejadah yang kecil kembali berada di bawahnya.

Dia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sejadah yang lebih kecil,
melakukan perkara yang serupa.

Dia juga membuka sejadahnya, kerana sejadahnya ditindih oleh sejadah
yang lebar.

Keadaan ini berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada ketika sholat
wajib juga, kejadian-kejadian seperti ini beberapa kali terihat di
beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, daripada
menerima di bawah. Di atas sejadah, orang sudah berebut kekuasaan
atas lainnya.

Siapa yang memiliki sejadah lebar, maka, ia akan meletakkan
sejadahnya diatas sajadah yang kecil.

Sejadah sudah dijadikan Iblis sebagai perbedaan kelas. Pemilik
sejadah lebar, diindentitikan sebagai para pemilik kekayaan, yang
setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain.

Dan pemilik sejadah kecil, adalah kelas bawahan yang setiap saat akan
selalu menjadi subordinate dari orang yang berkuasa. Di atas sejadah,
Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.

"Astaghfirullahal adziiiim", ujar sang Kiyai perlahan.


Wallahu'alam Bisshawab

No comments:

Post a Comment