Santri Menyapa Dunia
Setan menurut al-Qur'an surah al-An'am ayat 112 dan surah
an-Naas dan juga menurut berbagai teks hadits adalah terdiri dari jin dan
manusia. Keduanya aktif bekerja menjalankan misi mereka masing-masing. Salah
satu tugas setan adalah membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia,
sebagaimana firman Allah di dalam surah an-Naas, artinya,
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan
yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Ilaah (sembahan) manusia,
dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
Di dalam ayat-ayat di atas, Allah memerintahkan manusia agar
beristi-'adzah (memohon perlindungan kepadaNya) dari bisikan jahat setan jin
dan setan manusia. Alwaswas adalah bisikan-bisikan setan yang halus sedang
al-khannas terambil dari kata khanasa, yang berarti kembali mundur, melempem,
bersembunyi serta timbul tenggelam. Maksudnya adalah setan kembali menggoda
manusia pada saat manusia lengah dan melupakan Allah, kemudian dia mundur dan
melempem pada saat manusia berdzikir mengingat Allah Ta'ala.
Strategi Setan Memperdaya Manusia
Misi dan pekerjaan setan itu ada dua, pertama, menyuruh
manusia melakukan dosa dan kejahatan, dan yang ke dua, menghalang-halangi
manusia dari segala macam bentuk perbuatan baik yang diridlai Allah Ta'ala. Di
dalam Sahih Muslim nomor ke 5109 bersumber dari 'Iyad bin Himar al-Mujasyi'i,
disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,Allah
berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif
(cenderung kepada kebenaran), lalu setan-setan mendatangi mereka, dan
menyelewengkannya dari agama mereka dan (setan-setan itu) mengharamkan terhadap
mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka dan menyuruh mereka mempersekutukan
Aku…"
Berdasarkan hadits ini, dapat dikatakan, bahwa yang
menyeleweng-kan manusia dari dien (Islam) adalah setan, termasuk
menggelincirkan manusia kepada perbuatan syirik. Namun manusia yang dapat
dikuasai setan, hanya mereka yang tak memperdulikan tuntunan Allah dan
menjadikan setan itu sebagai pembimbing jalan hidupnya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
mengemukakan enam tahapan yang dilalui setan dalam menyesatkan dan mem-perdaya
manusia.
Tahap pertama ialah
pengafiran atau pemusyrikan manusia. Kalau yang diajak setan itu muslim, yang
beriman teguh, yang tak dapat dikafirkan dan dimusyrikkan, setan akan melangkah
ke tahapan dakwah ke dua, yaitu pem-bid'ahan. Setan pada tahapan ke dua ini
berupaya menjadikan orang Muslim sebagai ahlul bid'ah. Kalau yang didakwahi
setan itu kalangan Ahlus Sunnah, yang teguh dan istiqamah memegang Sunnah,
setan melangkah pada tahap yang ke tiga, yaitu menjebak orang Islam kepada
kaba’ir (dosa-dosa besar). Kalau yang bersangkutan beriman teguh, sehingga tak
mau melakukan dosa-dosa besar, setan tetap tidak berputus asa, untuk terus
berupaya mencari taktik lain, dengan melangkah ke tahap yang ke empat, yaitu
menjebak manusia dengan dosa-dosa kecil.
Kalau tahap ke empat ini
gagal juga, setan melangkah ke tahap ke lima, yaitu menyibukkan manusia kepada
masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga yang bersangkutan menghabiskan
waktunya untuk urus-an-urusan yang mubah, yang dampaknya, lupa menunaikan
perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah Ta'ala, yang berpahala, yang semua
Muslim diperintahkan mengamalkannya. Kalau tahap ke lima ini gagal juga, setan
melanjutkan strategi gandanya ke tahapan yang ke enam, yaitu menyi-bukkan
manusia dalam urusan-urusan kurang bermanfaat atau yang man-faatnya lebih
kecil, sehingga dampak persoalan-persoalan yang lebih penting dan yang lebih
baik jadi tertinggalkan dan terabaikan. Misalnya, sibuk dengan amalan sunnah,
sehingga amalan wajib tertinggalkan.
Adapun perangkap atau
jerat-jerat yang dipasang setan tidak terhitung jenis dan jumlahnya, di
antaranya ialah:
1. Mengadu Domba Sesama
Muslim dan Buruk Sangka
Di dalam hadits yang
diriwayatkan al-Bukhari, Rasulullah bersabda yang artinya, “Sesungguhnya iblis
telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholeh, tetapi ia
berusaha mengadu domba di antara mereka.".
Caranya ialah menciptakan
dan menyebarkan permusuhan, kebencian dan fitnah di antara mereka. Sikap buruk
sangka (terhadap Allah maupun manusia) biasanya datang dari setan. Dalilnya
antara lain ialah hadits Shafiyyah binti Huyay (istri Rasulullah) ia berkata
yang artinya, "Ketika Rasulullah sedang beri'tikaf di masjid, saya
mendatanginya pada suatu malam dan bercerita. Kemudian saya pulang diantar
beliau. Ada dua orang Anshar berjalan dan ketika keduanya melihat Rasulullah,
mereka mempercepat langkah. Rasulullah berkata, "Pelan-pelanlah. Dia
adalah Shafiyah binti Huyay". Mereka berkata, "Subhanallah (Maha Suci
Allah), Rasulullah!" Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya setan
berjalan di tubuh manusia pada peredaran darah, aku khawatir setan itu melontarkan
kejahatan di hati kamu berdua , sehingga timbul prasangka yang buruk."
(HR. Al-Bukhari 240, Muslim 2174-2175).
2. Menganggap Baik dan
Indah Kebid'ahan.
Ibadah yang sudah baik
dari Nabi, oleh setan dimodifikasi, antara lain dilakukan penambahan-penambahan
di sana sini atau pun pengurangan-pengurangan. Apa yang tidak disunnahkan Nabi,
dilakukan, sebaliknya yang disunnahkan Nabi justru ditinggalkan.
Sebagian manusia dibisiki
agar merekayasa hadits palsu yang disandar kan kepada Rasulullah sambil
berdalih, “Kami memang berdusta mengarang hadits, namun bukan dengan niat
menentang Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , melainkan membela beliau. Tak
terhitung jumlah hadits yang direkayasa untuk menakut-nakuti manusia dari
neraka, agar melakukan amal kebaikan atau pun menggambarkan surga dengan cara
aneh pula.
3. Membisikkan Bahwa
Islam Hanyalah Muamalah.
Terkadang setan
membisikkan ke dalam hati manusia, "Dien (Islam) adalah muamalah
(pergaulan/akhlak yang baik). Yang penting dalam beragama adalah cukup berbuat
baik saja terhadap sesama manusia, jangan mendustai atau menipu mereka walaupun
kamu tidak shalat. Bukankah Rasulullah mengatakan, bahwa agama adalah
muamalah?" Sebagai hasilnya, banya orang yang berprinsip, tak shalat tak
mengapa, asal tidak jahat terhadap sesama manusia. Kepada yang lain,
dibisikinya pula, "Yang penting adalah hati dan niat baik, sepanjang
engkau lalui waktu malammu tanpa menyimpan dengki dan kebencian terhadap manusia,
cukuplah sudah”. Akibatnya yang bersangkutan meninggalkan banyak amal shaleh,
karena mencu-kupkan diri dengan niat baik saja!
Kepada kalangan yang
berkecim-pung di politik, setan jin membisikkan, "Yang penting adalah kita
harus mengenal keadaan riil kaum muslimin dan keadaan musuh-musuh mereka.
Dengan demikian hal paling penting adalah masalah-masalah politik. Ibadah
biarlah dilakukan kalangan ahli ibadah saja.
4. Membisikkan bahwa
Islam Hanya Mengatur Hubungan dengan Allah Saja.
Kepada mereka, setan
membisik-kan, "Engkau zuhud dengan mening-galkan semua urusan dunia,
termasuk urusan politik." Urusan pemerintahan, biarlah orang kafir saja
yang mengatur, karena itu adalah masalah keduniaan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan agama, sedang agama hanya mengatur hubungan dengan Allah saja.
5. Membisikkan Bahwa yang
Penting Bersatu.
Datang pula kelompok lain
dengan pendapat, "Yang paling penting adalah menyatukan barisan kaum
muslimin. Kelompok ini menjadikan persatuan sebagai hal paling penting,
walaupun dibandingkan masalah aqidah! Dasar mereka ialah musuh-musuh Allah
sedang gencar ingin menghabisi Islam. Memang benar umat Islam harus bersatu,
tetapi harus di atas dasar dien, bukan bersatu dalam kekacauan dan perbedaan
aqidah.
6. Menunda Kebaikan atau
Melaku-kannya Secara Asal-Asalan.
Salah satu bisikan jahat
setan ialah agar umat Islam dalam melakukan kebaikan bersikap menunda-nunda
atau sebaliknya melakukannya, namun dengan tergesa-gesa tanpa perhitungan.
Sehingga akibatnya banyak kebaikan yang tidak terlaksana atau dilakukan namun
secara serampangan dan asal-asalan, baik itu amal yang bersifat individual
maupun kolektif
7. Membisiki Manusia
Sebagai Orang yang Terbaik
Di sisi lain, setan
membisikkan di dalam hati manusia, "Engkau lebih baik dari orang lain,
engkau melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang tidak shalat."
Setan membisiki setiap orang yang beribadah agar memperhatikan kelakuan
orang-orang yang berada di bawahnya dalam beramal shaleh, untuk mencegahnya
dari beramal lebih baik. Padahal yang dituntut dari kita adalah sebaliknya
yaitu merasa kurang di dalam kebaikan, misalnya kita perhatikan orang yang
berpuasa sunah Senin dan Kamis ketika kita tidak melakukannya. Tetapi setan
sangat jahat dan lihai, dengan berbagai cara, ia memperdayakan kita agar kita
merasa sudah cukup, sudah hebat dan sempurna, sehingga kita merasa tak perlu
belajar dari orang lain.
8. Menjadikan Satu
Kebaikan Sebagai Penghalang Kebaikan yang Lain
Untuk menjauhkan kita
dari tugas dakwah, setan terkadang membisiki hati kita, "Kamu harus
tawadhu, siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan ditinggikan-Nya. Bukan
level kamu melibatkan diri dalam tugas da'wah! Urusan da'wah hanya untuk orang
berilmu tinggi saja! Kalau kamu melibat-kan diri juga dalam tugas da'wah, kamu
berarti sombong, tak tahu diri."
Setan terus menekan kita
sampai mencapai derajat di mana kita merasa tak berguna dan tak mampu memikul
tugas da'wah'. Padahal kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kemampuan
yang seharusnya kita pergunakan untuk tugas da'wah itu.
Mudah-mudahan Allah
senantiasa membantu kita mengalahkan musuh nyata kita, yaitu setan, baik setan
jin maupun manusia. Akhirnya, marilah kita sama-sama berdo’a dengan do’a yang
diajarkan Allah. Terapinya, membiasakan melakukan dzikir pagi dan sore,
banyak-banyak membaca al-Qur’an, dan selalu berdzikir memohon perlindungan
kepada Allah.
"Wahai Rabbku!, aku berlindung
kepadaMu dari bisikan-bisikan jahat setan dan aku berlindung kepadamu Rabbku
mereka mendatangiku…" (Al-Mu'minun ayat 97-98).
Wallaahu ‘a'lam.
No comments:
Post a Comment