Thursday, February 26, 2015

Lepas Jilbab Demi Bisa Bekerja?

Santri Menyapa Dunia
Oleh : Elyna Dayanti
Lepas Jilbab Demi Bisa Bekerja?
Akhwat...
Apakah kita termasuk orang yang mengadaikan
agama kita demi sebuah pekerjaan, demi harta,
demi tahta, demi sebuah jabatan, demi dunia,
demi dunia?? yang Rasul sallaullahuallahi wa
sallam katakan lebih hina dari pada seekor
bangkai kambing yang cacat?
Malulah kita kepada Abdullah bin Hudzafah
radhiyallahu ‘anhu..
suatu hari -Atas izin Allah- salah seorang
panglima kaum muslimin Abdullah bin Hudzafah
radhiyallahu ‘anu berhasil ditangkap oleh tentara
romawi dalam peperangan diKaisariah, sebuah
kota benteng di wilayah Palestina, tepatnya di
tepi Laut Tengah.
Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu,
mendapatkan tawaran yang sangat menggiurkan
dari Raja romawi Heraklius.
Heraklius memulai dengan memberikan bujukan
dan penawaran, satu per satu kepada Abdullah
bin Hudzafah,
“Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka engkau akan mendapatkan harta yang engkau inginkan.”
tapi Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
menolaknya..
“Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka saya
akan menikahkanmu dengan putriku.”
Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu tetap tidak
tertarik..
“Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka saya
akan merekrutmu menjadi orang penting dalam
kerajaanku.”
Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu tetap tidak
tertarik.
Heraklius menyadari bahwa ia tengah berhadapan dengan bukan sembarang lelaki. Maka ia pun memberikan penawaran keempat. Ia berkata kepadanya,
“Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka saya
akan memberikan kepadamu separuh dari
kerajaanku dan separuh hartaku.”
Akhirnya Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
memberikan jawaban yang tegas dan mematikan,
“Meskipun kamu memberikan kepadaku semua
harta yang kamu miliki dan semua harta yang
dimiliki oleh orang Arab, saya tidak akan kembali meninggalkan agama Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam meskipun hanya sekejap mata.”
Hal tersebut membuat Herakilus marah, maka ia
pun memaksa Ibnu Hudzafah dengan cara
menyiksa, mengintimidasi, dan mengancamnya.
Maka, seraya berkata kepadanya,
“Kalau demikian, saya akan membunuhmu?”
“Silakan kamu, melakukan hal itu.”
Kemudian Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
dijebloskan ke dalam penjara dan tidak diberi
makan dan minum selama tiga hari. Sampai
akhirnya Ibnu Hudzafah disuguhi arak dan daging babi agar ia memakannya. tapi, sedikipun ia tidak menyentuhnya sama sekali.
Akhirnya sampai berhari-hari ia tidak makan dan minum hingga hampir mati.
Kemudian Heraklius mengeluarkannya dan
bertanya kepadanya,
“Apa yang membuatmu enggan minum arak dan
makan daging babi padahal engkau dalam kondisi terpaksa dan kelaparan?”
Ia menjawab,
“Ketahuilah! Kondisi darurat memang telah
menjadikan hal tersebut halal bagi saya dan tidak
ada keharaman bagi saya memakannya. Akan
tetapi, saya lebih memilih untuk tidak memakannya, sehingga saya tidak memberikan
kesempatan kepadamu untuk bersorak melihat
kemalangan Islam.”
Heraklius makin marah dan memerintahkan
kepada anak buahnya agar mereka menyalib Ibnu
Hudzafah radhiyallahu ‘anhu pada kayu. Para
pemanah siap-siap melesakkan anak panah dari
posisi yang dekat darinya. Ia pun tetap bertahan.
Heraklius masih terus menawarkan agar ia memeluk agama Nasrani, tetapi ia tetap menolak.
Kemudian ia diturunkan. Heraklius memerintahkan agar disiapkan air di dalam kuali
besar dan dinyalakan api di bawahnya. Ketika air
di dalam kuali telah mendidih, didatangkanlah
seorang tawanan muslim, lalu ia diceburkan ke
dalamnya, hingga dagingnya meleleh sehingga
tersisa tulang kerangka. Kemudian tawanan
muslim yang kedua diceburkan di dalamnya
sedangkan Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
melihatnya.
ketika giliran Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
tiba untuk diceburkan ke dalam kuali besar, Ibnu
Hudzafah menangis..
Akhirnya dilaporkan kepada Heraklius bahwa
Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu menangis
maka, Herakilus kembali memanggilnya dan
memberi tawaran kepadanya agar ia memeluk
agama Nasrani.
Tapi ternyata Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
tetap menolaknya, Heraklius mengira bahwa Ibnu Hudzafahradhiyallahu ‘anhu menangis karena ia takut mati serta menunjukkan bahwa ia mundur dari posisinya dan membatalkan ketetapan hatinya dan ia akan mengabulkan keinginan Heraklius
“Kalau demikian mengapa engkau menangis?”
ia memberikan jawaban yang menakjubkan,
benar-benar melemahkan, dan menetapkan
kegagalan dan kekalahan Heraklius,
“Saya menangis karena saya hanya memiliki jiwa
sebanyak rambut saya, pastilah saya korbankan
untuk menebus agamaku. Sehingga, semuanya
mati di jalan Allah.”
Hingga, akhirnya Heraklius mengakui
kekalahannya di hadapan Ibnu Hudzafah
radhiyallahu ‘anhu. Bahwa ia memiliki harta,
pangkat, kekuatan, dan dunia berhadapan dengan
seseorang muslim yang tidak bersenjata dan tidak
menyandang apa-apa. Heraklius berkata
“Hai Ibnu Hudzafah! Maukah kamu mengecup kepalaku? Saya akan membebaskanmu dan melepaskanmu?”
Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu menjawab,
“Baiklah, dengan syarat engkau harus melepaskan semua tawanan kaum muslimin yang berada di dalam penjara kalian saat itu ada lebih dari 300 tawanan.”
Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu pun bebas dan
disambut oleh Umar radhiyallahu ‘anhu sambil
mengecup kepalanya, lalu para sahabat lainnya
mengikutinya.
La Hawla Wala Quwwata Ila Billah begitu kuat
dan kokohnya islam didada Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu, begitu cintanya ia
dengan islam, sampai jika seluruh harta orang
arab diberikan kepadanya, ia tidak akan meninggalkan islam walaupun hanya sekejap
mata.
Maka, Malulah kita kepada Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu..
Ukhti.. Apa gaji yang diberikan perusahaan
tersebut lebih banyak dan besar dari pada
separuh harta kekayaan raja Heraklius hingga engkau rela melepas jilbabmu?
perusahaan mana yang sanggup membayar upah
sebesar itu?
Lalu kenapa hanya demi sebuah gaji 3jt perbulan
atau bahkan kurang dari itu, banyak para
muslimah yang melepaskan identitasnya,
melepaskan tanda pengenalnya yaitu jilbab.
Maka, Malulah kita kepada Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu..
Terpaksa?
Terdesak?
Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu.. tidak memakan babi dan khamr padahal beliau sudah tidak makan selama 3 hari, dan jika pun beliau memakannya itu halal untuknya. Tapi dia tetap memilih untuk tidak memakannya walaupun dia harus mati, karna dia sama sekali tidak ingin melihat orang kuffar bahagia atas jatuhnya islam walaupun itu, halal baginya karna dalam keadaan terdesak.
Maka, Malulah kita kepada Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu..
Kita membiarkan sedikit demi sedikit, satu per
satu, sehasta demi sehasta orang-orang kafir
melucuti keislaman kita.. Dimulai dari jilbab, lalu
memakai atribut mereka, sampai ikut
merayakankan dan mengucapkan hari raya
mereka..
Sampai kapan orang islam selalu direndahkan, sampai kapan engkau rela harga dirimu sebagai muslimah diinjak-injak?
jadilah muslimah yang berprinsip lihatlah betapa
umat terdahulu dari orang-orang yang pertama
memeluk islam, para shahabiyah para sahabat radhiyallahu'anhuma mereka telah mengorbankan Harta, waktu, bahkan nyawa mereka korbankan demi islam, demi keislaman dirinya, demi kepentingan umat islam.
Bahkan setiap dari mereka, Allah berikan cobaan
yang luar biasa, Allah berikan ujian yang mungkin jika itu menimpa kita, kita tidak akan
sanggup.. tidak seberapa dibanding yang
menimpamu,
Maka malulah kita kepada mereka..
wahai akhwat..
kebahagian apa yang telah engkau dapatkan dari
uang sebesar 3juta rupiah, atau bahkan kurang
dari itu.. Dibanding dengan ketenangan yang kau dapatkan ketika jilbab menjagamu dari banyak maksiat, dari banyak gangguan, dari banyak fitnah dunia..
Kita punya Allah yang maha kaya..
Taukah dirimu.. ketika kita mulai yakin bahwa dengan jilbab rejeki kita sulit atau kita beralih dengan yang haram, maka itu berarti kita telah berburuk sangka kepada Allah..
waliyazubillah..
Yakinlah, ini sama sekali bukan terdesak, ini sama sekali bukan darurat, karna engkau masih punya banyaak pilihan, masih banyak pekerjaan lain..
masih banyak yang halal..
Meninggalkan sesuatu karna Allah itu indah, tapi
meninggalkan Allah karna sesuatu itu musibah.
cukuplah kisah para salaf menjadi contoh bahwa
meninggalkan sesuatu karna Allah itu berbuah
manis..
Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
mengajrkan kita bahwa keislaman itu tak ternilai
harganya bahkan lebih berharga dari apapun,
bahkan dari pada nyawa kita sendiri.
Maka malulah kita kepada Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu
Jika hanya karna sebuah pekerjaan yang gajinya
tidak seberapa, jika hanya sebuah jabatan yang
tidak begitu penting, kita meninggalkan islam,
kita menggadaikan keislaman kita.. kita
melepaskan identitas keislaman kita..
Malulah kita kepada Abdullah bin Hudzafah
radhiyallahu ‘anhu..
Wahai Akhwat...
-Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah-

No comments:

Post a Comment